Selasa, 13 April 2010

REVIEW : TEREKAM


Saat pertama kali hadir di layar lebar, The Blair Witch Project berhasil menggemparkan dunia perfilman terutama di wilayah Amrik. Kala itu film ini berani tampil beda dengan menggunakan teknik handheld camera yang membuatnya seolah-olah film dokumenter. Kehebohan dimulai saat pihak distributor mengumumkan bahwa film ini adalah kisah nyata, sontak masyarakat penasaran dan Blair Witch menjadi pembicaraan dimana - mana. Saat segalanya mulai diluar kendali, maka pihak yang bertanggung jawab dengan semua ini turun tangan dan mengklarifikasi bahwa semua ini hanyalah taktik promosi semata. The Blair Witch Project telah menginspirasi banyak filmaker untuk membuat film dengan memakai teknik yang serupa, salah satunya ya film yang Cinetariz resensi ini. Kebetulan saya baru sempat menyaksikkannya semalam. Masih hangat lah, haha. Meski diberi embel-embel based on true story, masyarakat sudah terlanjur kebal dengan film semacam ini jadi kebenarannya diragukan.

Olga (Olga Lidya) memiliki ide gila bersama sahabatnya, Monique (Monique Henry) untuk membuat sebuah film horor. Mereka menyewa sebuah rumah kosong yang letaknya terpencil untuk mencari inspirasi dalam pembuatan naskah skenario. Belakangan Jupe (Julia Perez) ikut bergabung bersama mereka di rumah tersebut. Olga memasang kamera di setiap sudut rumah dan secara bergantian bersama Monique membawa handycam dengan tujuan untuk behind the scene. Sejak berada di rumah ini, Monique sudah mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres terutama saat dia menemukan sebuah kolam renang kosong yang bentuknya seperti kuburan. Olga dan Jupe tidak mempercayainya, mereka menganggap Monique parno. Namun pada kenyataannya apa yang Monique ucapkan memang benar adanya, rumah itu berhantu. Ketiga sahabat ini terjebak dalam teror rumah berhantu selama 2 hari lamanya.

Awalnya sempat meragukan Terekam terutama saat melihat nama bung Koya Pagayo tercantum sebagai sutradara. Aduh, film macam apa lagi nih yang dia buat, pikir saya. Namun semua keraguan sirna saat Terekam mulai bergulir, ternyata filmnya tidak seburuk yang saya pikirkan. Cenderung bagus malah. Untuk ukuran film horor lokal, Terekam bolehlah disebut sebagai salah satu yang terseram meski idenya tak lagi orisinil. Terekam tak mengandalkan seks dan komedi garing sebagai jualan utamanya, murni horor meski masih ditemukan tubuh wanita berbalut pakaian seksi disini. Pemilihan setting tempat sangat tepat, kesan spooky sangat terasa sejak awal film bahkan sebelum teror dimulai penonton sudah dibikin merinding. Akting dari para pemainnya juga bagus, terutama Julia Perez! Bahkan kalau boleh saya bilang, dia adalah salah satu amunisi film ini. Tanpa dia, Terekam bakal garing kriuk kriuk. Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos dan tingkah lakunya mampu bikin penonton tertawa terbahak-bahak, sangat natural. Mampu sedikit mencairkan ketegangan.

Kelemahan dari film ini justru terletak dari sound-nya. Sepertinya sudah menjadi peraturan tak tertulis bahwa film horor harus menggunakan sound yang mengejutkan dan bikin telinga sakit. Padahal tanpa adanya sound horror yang berlebihan, Terekam bakal terasa lebih menyeramkan. Suasana spooky sudah berhasil dibangun lewat setting tempat, bakal lebih seru jika suara sunyi senyap sehingga lebih meneror penonton. Ah, sayang sekali bung Koya tidak memperhitungkan hal ini. Padahal saya cukup kagum dengan kemajuan yang beliau buat di film ini. Terhitung semenjak Lewat Tengah Malam, tak ada lagi film dari bung Koya yang bisa dibilang lumayan. Tapi secara keseluruhan sih saya cukup puas dengan film ini, beyond my expectation =)

Nilai = 6/10

USA WEEKEND BOX OFFICE : 9 - 11 April 2010



1. Clash of the Titans : $26.63M
2. Date Night : $25.21M
3. How to Train Your Dragon : $24.86M
4. Why Did I Get Married Too? : $11.02M
5. The Last Song : $9.83M
6. Hot Tub Time Machine : $5.43M
7. Alice in Wonderland : $5.31M
8. The Bounty Hunter : $4.22M
9. Diary of a Wimpy Kid : $3.98M
10. Letters to God : $1.10M


Clash of the Titans ternyata masih cukup kuat untuk digeser oleh film komedi terbaru dari Tina Fey & Steve Carell yang mulai debut minggu ini, Date Night. Meski turun sebanyak 56 % dari pemasukannya minggu lalu dan banyak dapat kritik pedas, nyatanya tak mampu menggoyah posisi film yang dibintangi oleh Sam Worthington ini. Selama 2 pekan penayangan Clash sudah meraup $110,23M. Sepertinya mudah nih untuk meraup $150M.

Persaingan ketat di top 3. Clash of the Titans, Date Night dan How to Train Your Dragon memiliki selisih yang sangat tipis. Sebelumnya Date Night sempat berada di puncak pada hari Jumat sebelum akhirnya ditumbangkan oleh Clash di hari Sabtu dan Minggu. Selain top 3, persaingan di top 10 tidak terlalu ketat karena perubahan dari minggu lalu tidak begitu signifikan.

Kick Ass dan Death at a Funeral akan debut minggu ini. Sepertinya persaingan bakal semakin memanas nih!


Minggu, 04 April 2010

PREVIEW : THE LAST SONG



Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Nicholas Sparks ini mengisahkan tentang seorang gadis pemberontak bernama Veronica Miller (Miley Cyrus) yang mendapat kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama ayahnya, Steve Miller (Greg Kinnear), setelah beberapa tahun tidak berbicara satu sama lain pasca perceraian orang tua Veronica. Di kota tempat ayahnya tinggal inilah Veronica bertemu dengan Will Blakelee(Liam Hemsworth)dan keduanya pun saling jatuh cinta.



The Last Song memiliki tone yang tidak berbeda jauh dengan film adaptasi novel Sparks lainnya, mendayu - dayu. Film ini menjadi ujian bagi Miley Cyrus untuk menunjukkan kepada dunia bahwa dia bisa berakting. Akankah dia bisa? Cinetariz sendiri belum berkesempatan menonton film ini karena saat tulisan ini diturunkan, filmnya sendiri baru tayang di US. Semoga dalam waktu dekat mampir ke bioskop Indonesia. Amin!



Review lengkap film ini bisa dibaca disini --> KLIK











Sabtu, 03 April 2010

REVIEW : MARY & MAX



Mary & Max adalah film animasi stopmotion dari Australia yang skenario dan penyutradaraannya ditangani oleh Adam Elliot. Sejumlah nama besar di industri film semacam Toni Collette, Philip Seymour Hoffman dan Eric Bana turut menyumbang suara mereka di film animasi pemenang banyak penghargaan ini.

Film produksi tahun 2009 ini mengambil setting waktu dari tahun 1976 hingga 1994. Berkisah tentang seorang gadis cilik berusia 8 tahun bernama Mary yang hidupnya kesepian. Tak memiliki teman, bahkan kedua orangtuanya sibuk dengan urusan mereka sendiri. Kehidupan yang berat bagi seorang gadis cilik di Australia. Suatu ketika, Mary menuliskan surat ke Max yang dia dapat secara acak saat mencari nama di buku telepon. Kehidupan Max tak lebih baik dari Mary. Di usianya yang sudah memasuki kepala 4, Max hidup sendiri di apartemennya dan memiliki masalah obesitas yang cukup parah. Bahkan Max mengidap Asperger Syndrome yang mengakibatkan dia sulit berinteraksi dengan orang lain. Max membalas surat Mary dan tidak lupa menyertakan batangan cokelat seperti halnya Mary saat mengirimkan surata kepadanya. Persahabatan melalui surat ini terjalin hingga hampir 20 tahun lamanya dan sempat diwarnai dengan kesalahpahaman karena Max yang over sensitif sehingga sempat merenggangkan hubungan keduanya.

Sebagai sebuah film animasi, Mary & Max cenderung bertutur dengan lambat, suram dan gelap. Filmnya sendiri mengangkat masalah yang cukup berat seperti depresi, bunuh diri, kesepian hingga perasaan cemas. Itulah mengapa film ini sangat tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anak - anak, bahkan untuk ukuran remaja pun Mary & Max masih tergolong berat. Adam sering memakai simbol dalam filmnya ini terutama dalam menggambarkan kehidupan kedua tokoh utama, semisal New York City yang selalu terlihat suram mencerminkan kehidupan Max yang kesepian. Mary & Max bukanlah tipikal film yang bisa dinikmati dengan santai sambil menyantap snack, film ini membutuhkan pemikiran yang mendalam karena penonton diajak untuk merenungi arti dari kehidupan dan memahami apa yang terjadi terhadap Mary dan Max. Kita akan bersyukur dengan kehidupan kita setelah melihat bagaimana kehidupan yang dijalani oleh mereka. Persahabatan yang terjalin diantara mereka juga unik dan tidak biasa. Philip Seymour Hoffman dan Toni Collete berhasil dengan sukses mengisi suara Max dan Mary, bahkan saya hampir tak menyadari kalau suara dua tokoh utama ini dibawakan oleh mereka, terdengar sangat berbeda. Salut untuk Adam Elliott yang mampu membuat film animasi semenyentuh dan sedalam ini.

Nilai = 8/10




Jumat, 02 April 2010

REVIEW : EDGE OF DARKNESS


Diadaptasi dari miniseri BBC berjudul sama, Edge of Darkness menandai kembalinya Mel Gibson ke dunia akting setelah 8 tahun vakum. Kebanyakan moviegoers penasaran dengan film ini disebabkan oleh kerinduan mereka akan akting Mel Gibson. Film besutan Martin Campbell yang sebelumnya sukses mengarahkan franchise agen 007 ini cenderung bergenre drama-thriller, jadi jangan berharap banyak akan menemukan adegan aksi nan menegangkan yang dipenuhi dengan aksi baku tembak.

Thomas Craven (Mel Gibson) adalah seorang detektif di kepolisian kota Boston yang tengah berduka setelah ditinggal mati putri semata wayangnya, Emma (Bojana Novakovic), yang tewas tertembak di depan rumah mereka. Pihak kepolisian menduga Thomas adalah target sesungguhnya sementara Emma adalah korban salah tembak. Akan tetapi, Thomas tidak berpikir demikian. Dia merasa ada sesuatu yang janggal dibalik kematian putrinya. Thomas pun mencoba memecahkan kasus ini dan menemukan fakta mengejutkan yang melibatkan pemerintah.

Film berdurasi 117 menit ini cenderung mengalir dengan lambat dan bernuansa gloomy. Penonton yang mengharapkan suguhan action yang biasa hadir di film besutan Martin Campbell akan dibuat kecewa karena Edge of Darkness lebih berada pada jalur drama-thriller ketimbang action. Sedikit berat dan cenderung monoton untuk dinikmati sebagai sebuah film hiburan, hampir sepanjang film tone-nya muram dan pucat. Mel Gibson masih menunjukkan taringnya sebagai aktor papan atas dengan aktingnya yang bagus. Kemarahan seorang ayah yang ingin menguak misteri kematian putrinya tampak jelas di wajahnya, sangat natural. Mel membawakan peran Thomas seakan tanpa beban, dia jelas sangat mengerti apa yang diinginkan oleh sang sutradara dan para penonton.

Ray Winstone juga bermain apik di film ini. Perannya sebgai seorang "konsultan" dimainkannya dengan baik. Sekadar informasi, peran ini awalnya ditawarkan kepada Robert DeNiro yang kemudian mundur di hari pertama syuting. Sulit membayangkan duet Mel dengan DeNiro di film ini. Saat berhadapan dengan Ray saja sudah sedemikian bagusnya, lantas bagaimana jadinya kalo DeNiro berada di posisi Ray? mungkin bakal lebih terasa gregetnya.

Nilai = 7/10


REVIEW : UP IN THE AIR



Up in the Air adalah film terbaru besutan Jason Reitman yang sukses menelurkan film indie cerdas, Juno dan Thank You For Smoking. Selain sebagai sutradara, Jason juga menulis skenarionya bersama Sheldon Turner dari hasil adaptasi novel berjudul sama karangan Walter Kim yang terbit pertama kali pada tahun 2001.

Ryan Bingham (George Clooney) bekerja untuk sebuah perusahaan berbasis Career Transition Counceling (CTC). Pekerjaannya adalah memecat karyawan dari perusahaan lain karena bos mereka tidak memiliki cukup keberanian untuk melakukannya sendiri. Ryan terbang selama 320 hari mengelilingi US dimana dia menganggap hal ini sebagai bagian terbaik dari pekerjaannya. Bagaimana tidak? Dia bisa berkeliling ke berbagai kota besar di US, menikmati hotel mewah dan makanan mahal, kartu istimewa yang bisa membuatnya melakukan apapun tanpa harus antri, hingga suasana lounge airport. Ryan sering menghabiskan waktunya di atas udara seraya mengejar target terbang sejumlah 10 juta mil. Selain bekerja di CTC, Ryan juga merupakan seorang motivator dimana apa yang ia sampaikan acapkali bertentangan dengan hidupnya.

Bagi Ryan, pekerjaannya ini adalah kehidupannya yang sesungguhnya. Dia lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan pekerjaannya ketimbang bersama dengan keluarganya. Namun segalanya berubah saat Natalie Keener (Anna Kendrick) dan Alex Goran (Vera Farmiga) hadir dalam kehidupannya. Natalie adalah seorang pegawai baru ambisius yang mempunyai ide untuk memecat karyawan melalui internet sehingga lebih menghemat biaya. Sementara Alex adalah wanita karir yang memiliki kehidupan hampir sama dengan Ryan, sering menghabiskan waktunya di udara. Ryan mencoba meyakinkan Natalie bahwa memecat orang tidaklah semudah itu, sementara Alex berhasil membuat Ryan jatuh hati.

Skrip film ini sangat jenius. Dipenuhi dengan dialog - dialog cerdas dan menggigit, skrip menjadi kekuatan utama dari Up in the Air. Cukup mengejutkan film ini harus kalah dari Precious untuk best adapted screenplay di ajang Oscar, padahal bisa dikatakan skrip Up in the Air adalah salah satu skrip terbaik yang pernah dibuat oleh Hollywood. Ide ceritanya tentang perusahaan pemecatan sangatlah brilian ditunjang dengan dialog yang kuat dan cukup menohok. Akting dari pemainnya juga mampu membuat saya berdecak kagum. Bisa jadi inilah akting terbaik dari George Clooney dalam perjalanan karirnya, dia mampu membawakan peran Ryan dengan sangat baik. Agak mirip dengan kehidupan aslinya memang, tidak heran jika peran ini dibawakannya dengan mulus. Vera Farmiga cukup apik membawakan perannya sebagai seorang wanita karir penggoda yang berhasil membuat Ryan bertekuk lutut. Namun kejutan terbesar adalah akting dari Anna Kendrick yang gemilang. Siapa sangka gadis muda ini ternyata bermain dengan sangat memukau, setidaknya mampu mengimbangi kemilau akting dari George Clooney. Inilah kejutan terbesar dari film ini, saya tak menduga Anna Kendrick bisa membawakan peran Natalie yang ambisius tapi polos dengan manis. Perhatikan reaksi Natalie saat diputus kekasihnya lewat SMS, two thumbs up!

Up in the Air adalah karya terbaik dari Jason Reitman. Sulit menemukan cela dari film ini, segalanya hampir sempurna. Skrip yang jenius ditunjang dengan akting yang brilian, penyutradraan yang apik hingga editing dan sinematografi yang keren, tak pelak membuat Up in the Air sebagai salah satu film terbaik tahun 2009.

Nilai = 9/10

REVIEW : ARISAN BRONDONG



"Oke deh, cinnnnnnnnn...."

Ntah berapa kali saya mendengar dialog tersebut diucapkan dalam film ini. Memang secara kualitas Arisan Brondong masih lebih baik ketimbang Diperkosa Setan, tapi jangan mengharapkan suguhan tontonan yang berkualitas dari film ini. Yang ada, sepanjang film kita dibuat benar - benar desperate sampai pengen ambil rol film ini buat gantung diri.

Dari 10 menit pertama, saya sudah mencium gelagat busuknya. Kesan pertama yang didapat, "Wow, FTV sekali !." Bener deh, cinnnnnn, Arisan Brondong emang sangat FTV. Yang membedakannya adalah unsur seksualitas di sini lebih kental, meski saya bilang semuanya serba tanggung. Jadi jeleknya nanggung gitu, cinnnnn...

Bersyukurlah, karena Arisan Brondong tidak menyisipkan dialog ajaib layaknya Diperkosa Setan. Tapi can cin cun berulang kali diucapkan sampai saya mblenger, teler dan klenger *zzz* ampun deh, cinnnnn...
akting para pemainnya sungguh over acting. Gregetan liat tante Bella Saphira dan komplotannya berakting dengan teramat over sampai saya pusing dibuatnya. Sementara bule Heather Storm malah keliatan banget ga bisa akting, suer dah kaku abis! nggak tau tujuan Maxima sampe impor artis luar yang tak bisa akting seperti ini, bahkan tubuhnya pun ga lebih seksi dari Bella Saphira. Lantas tujuannya apa, cin?
Bisa dibilang akting paling natural dari Bella adalah saat dia duel dengan Andi Soraya di kafe. Seru banget dah!

Seperti yang udah saya sebutin diatas, Arisan Brondong sangat mirip dengan FTV. Itu berarti, skripnya juga, cin. Ampun dah, sepanjang film rasanya bagaikan nonton FTV yang ditayangin di layar lebar. Konfliknya datar banget, bahkan cenderung membosankan. Kita udah bisa menebak alurnya bakal berjalan seperti apa sejak 10 menit pertama. Predictable.
*Diperkosa Setan jauh lebih seru, cin. Ga bisa nebak alurnya sama sekali*

Humornya juga garing kriuk kriuk, hanya sedikit yang bisa bikin tertawa. At least, tertawanya karena dialog itu memang lucu, bukan karena aneh atau saking desperate-nya kita terhadap film tersebut.

Nilai = 4/10
meski filmnya kacau ya, jeng. Tapi kalau dibandingin ama film lokal yang gue review sebelumnya, Arisan Brondong masih setingkat lebih baik. Seandainya digarap lebih serius, bukan tidak mungkin film ini bisa menjadi bagus. Skripnya memang klise, tapi masih bisa dikembangkan terlebih dialognya cukup menyentil.




Kamis, 01 April 2010

REVIEW : RAPED BY SAITAN



Perkenankanlah saya sebagai ripiuwer baru disinii untuk mengulas film terdahsyat dalam satu dekade terakhir yang berjudul Diperkosa Setan alias Raped by Saitan. Mungkin ulasan saya tidak sebagus ripiuwer yang lain karena mohon dimaklumi saya masih newbie dalam masalah ulas mengulas film
tapi setidaknya saya sudah berusaha mengutarakan kesan-kesan saya setelah menyaksikan film yang saya yakin James Cameron tak akan pernah bisa membuatnya.

Baiklah, RBS adalah film yang sangat teramat dahsyat. Pernahkah kalian menemukan sebuah film dimana semua genre campur aduk di dalamnya? Kalau belum, maka kalian wajib nonton film ini. Pengalaman yang tak akan pernah kalian lupakan sampai kapanpun! Entah siapa yang menulis skenarionya, tapi saya sangat mengaguminya karena mampu membuat skenario secerdas ini. Sangat cerdas. Film bergenre horror-komedi-drama-action
-thriller-sci-fi-suspense-fantasy ini memiliki alur dan plot yang sangat teratur, saking teraturnya sampai saya kebingungan arah film ini dan yang pasti endingnya tak akan bisa kalian tebak. Percaya deh, hampir di setiap adegan mengandung twist yang akan mampu membuat kalian terus penasaran dan menebak-nebak apa yang akan terjadi di adegan berikutnya. Fiuhhhhhh~~~
sangat mendebarkan!

Film ini dibuka dengan kualitas gambar yang sangat CIAMIK mengalahkan kualitas gambar dari Blu-Ray sekalipun. Saking bening dan tajamnya gambar, wajah seluruh pemainnya terlihat pucat pucat gimana geto.
Rasanya malas saya untuk menceritakan apa yang terjadi di menit awal film ini. Intinya sih ada cowok playboy bernama Rico yang doyan mabok maijon dan pruti bareng temen" premannya yang demen ama es teh. Nih cowok emang lagi apes banget sampe bisa ketemu ama cewek cantik yang dandanannya mirip kaya Si Manis Jembatan Ancol. Dasar nih cowok kaga pernah nonton film horror (Booo, lu yakin mau angkut cewek dg dandanan kaya setan yang mangkal di depan kuburan meski wajahnya secantik Megan Rubah sekalipun? Pasti gara" maijon nih Rico sampe mau diajak nge-sex ama ni cewek) adegan selanjutnya, si setan membunuh Rico. Omaigot!

Beberapa bulan kemudian..

Neng ning neng, datanglah seorang gadis cantik nan seksi dari kampung Pekalongan (maksudnya dari kampung di daerah Pekalongan atau kampung bernama Pekalongan nih, neng? Bodo amat ah!) yang bernama Marsya. Aih, aih, namanya cukup gaul juga ya untuk ukuran gadis kampung (Upppsss!) dandanan neng Marsya dipaksakan ndeso dg rambut dikepang dua, bawa koper berbentuk tahu tapi make-up khas sinetron. Dan yang saya ingin tanyakan kepada kalian, emang orang pekalongan kalo ngomong bahasa Indonesia ga medhok ya? saya anggap neng Marsya udah terbiasa berbicara bahasa Indonesia. Lalu meluncurlah dia ke kos tempat alm Rico dulu tinggal. Di sono dia ketemu dg Ibu Penjaga Kos dan suaminya (sepi amat yak ni kosan, nyamuk pun kaga keliatan) Lalu si ibu penjaga kos jelasin panjang lebar soal biaya kos, 800 ribu / bulan. Tanpa pikir panjang, neng Marsya nyerahin duitnya ke si ibu dan langsung nyelonong masuk.
Kakak2 yang saya cintai, waktu pertama saya nyari kos, saya cek dulu kondisi kosnya seperti apa, lingkungan sekitarnya dan lihat kos lain sebagai perbandingan. Bukan asal tanya ada kamar kosong, biaya kos terus langsung kasih duitnya! *sabar, sabar.... lanjutttttttttttt!!!*

Dan malam pertama di kos angker itu pun dimulai...
Jeng Marsya mendapat kamar bekasnya alm Rico. Okay, kos ini terlihat kosong, terhitung cuma ada 3 orang yang sering mondar mandir di kos ini dan Marsya dapet kamar angker tersebut? jangan tanya kenapa, please.
Saat tidur tubuh neng Marsya mulai digrepe-grepe tangan jail setan Rico. Awww, setan nakal!
Marsya pun sangat menikmatinya. Mendadak Ia terbangun dan pura" kaget dan lugu.
keesokan paginya, dia pun ngelamar pekerjaan. Dan saya sangat kaget melihat transformasi neng Marsya. Olalala, kemana perginya gadis kampung nan lugu itu? Gara" diperkosa setan, good girl gone bad. Yeah, dandanan Marsya sangat berbeda dg saat dia pertama kali datang ke Jakarta. Mentang" udah di Jakarta, nentengnya tas LV dg sepatu gucci. Ah, ketauan ini dandanan ala gadis lugu cuma dijadikan penyamaran dia doang. Atau jangan-jangannnnnnnnnn.... dia memiliki kepribadian ganda!

Dandanan Marsya yang seksoy meleboy ini bikin bos Raymond nepsong. Ya udin, langsung diterima aja neng Marsya jadi sekretaris dia. Padahal di interpiu Marsya cuma ngomong, "saya akan berusaha semampu saya"
tips buat para cewek yang udah putus asa karena ga dapet" kerjaan, tiru aja nih caranya Marsya dijamin ampuh! *saran sesat*
Mulai dari sini saya bingung mau nyeritain alurnya, pokoknya di kantor itu hadir seorang guardian angel bernama Andre yang senantiasa menjaga Marsya apapun yg terjadi *Co cuittttttttt
tapi banyak rintangan menghadang hubungan cinta mereka berdua. Bos Raymond, mantan pacar Andre yang ga jelas sampe adik Bos Raymond yang penampilan dan cara bicaranya sama sekali ga terlihat seperti gadis yang dah tinggal lama di LA. Ooohhh, mungkin LA yg dimaksud adalah Los Ambles, desa sebelah.

Saya bingung lagi nih ama kronologis alurnya
neng Marsya ternyata emang demen diperkosa ama setan Rico! Lha buktinya dia masih aja tinggal di kos itu. Kalo saya mah langsung ngungsi.
FYI, d sini Cynthiara Alona membuktikan bahwa dia bisa akting! Yup, akting saat dia diperkosa setan Rico dengan bermacam" gaya terlihat sangat natural. Awwwww
Alih" terlihat ketakutan atau kebingungan, Marsya malah terlihat sangat menikmatinya. Akting Miyabi, Sora Aoi dan bintang bokep lainnya mah lewat!
dan ngomongin soal akting, saya menjagokan deretan cast RBS untuk bersaing di ajang Academy Awards tahun depan karena akting mereka sangat BAGUS! Johnny Depp, Meryl Streep, Nicole Kidman bukan lagi tandingan. Saya yakin seyakin yakinnya, mereka akan borong semua piala Oscar!
*jedotin kepala*

Dan Marsya pun hamil! perutnya tiba" membesar dan mecetet.. bayinya keluar. Olala, jangan harap melihat bayi yang normal, karena bayinya mirip kaya tuyul. Doh!
kata pertama yang ia ucapkan adalah Ma! Hanya satu kata tapi mampu membuat geger seisi studio. *pusing saya*
*sabar* berhubung ini anak setan, nggak mungkin kalo tumbuhnya normal. Hanya dalam hitungan hari dia tumbuh dewasa dan d sinilah twist dihadirkan. Wajahnya mirip sekali dg setan Rico, ga cuma wajah, tapi semuanya! plek, plek, plek. ga sedikitpun yang berbeda.
saya yang awalnya masih kuat nonton film ini mulai menjadi depresi dan otak saya seakan dikocok dg kekuatan penuh.
Baiklah, mulai d sini saya semakin bingung.

Kekacauan lain yang hadir d sini hampir tak terhitung jumlahnya.
Bos Raymond dan Andre gemar mengantarkan pulang Marsya ke kosnya. Terjadi percakapan seperti ini =
Raymond / Andre : Marsya, udah sampe nih. bangun.
Marsya : Oammmm *menggeliat* Oh, udah sampe yah?
adegan ini aneh? mungkin tidak jika hanya sekali. Tapi yang terjadi adalah, adegan ini diulang hingga sekitar 4 kali dan pembedanya hanyalah mobil. Gerakan, dialog bahkan angle kamera na pun sama! Saya jadi bertanya", selain mengidap kepribadian ganda, jangan" Marsya juga mengidap narkolepsi? au ah gelap
setan Rico juga ga peduli tempat rupanya. Waktu swimsuit party di rumah Bos Raymond yang dipenuhi cewek" berbikini ria, dia hadir dan memperkosa Marsya di kolam renang! Untuk adegan ini sebaiknya kalian tonton saja sendiri karena saya tak bisa menggambarkan betapa ajaibnya adegan ini. Yang pasti kemudian Andre menyelamatkan Marsya dan cewek yang tadi berenang mendadak lenyap, berjejer di belakang Andre mirip kaya dayang-dayang
"Ndre, tolongin aku" bukannya terlihat panik, ekspresi Marsya malah lebih terlihat seperti "Ndre, perkosa aku sekarang juga!"

Adegan favorit saya adalah saat Marsya memberanikan diri untuk memberitahu kejadian sebenarnya ke Andre.
Marsya : (berbisik) Ini rahasia, jangan bilang siapa", janji Ndre?
Andre : Iya, aku janji. apa sih yang nggak buat kamu?
*hening sejenak*
Masya : Aku... DIPERKOSA SETANNNNNN NDREEEE !!!! (seketika semua orang yang ada di kantin menoleh dan berbisik-bisik)

Sepertinya saya harus mengakhiri ulasan film ini sebelum otak saya mulai meledak dan berceceran dimana-mana. Di ending scene, terjadi perkelahian seru antara anak setan Rico versus Andre di kamar kos Marsya, sementara Marsya berada di ujung ruangan sambil membawa pom-pom.
"Gimme A, gimme N, gimme D, gimme R, gimme E.... ANDRE!"
dengan kekuatan dari kalung jimat peninggalan nenenknya, Andre dg mudah mengalahkan anak setan Rico. Adegan d sini sangat mirip dg The Curious Case of Benjamin Button dimana anak setan kembali menjadi bayi dan hangus menjadi debu!
Andre memeluk Marsya dan memberinya kalung tersebut. Ah, saya yakin stoknya masih banyak di rumah.
Mereka menikah dan Marsya pun keluar dari kos tersebut. Berakhir? tentu tidak. Datang korban baru dan dia mengalami hal yang sama dengan Marsya. Melihat hal ini saya jadi curiga, jangan" ibu penjaga kos dan suaminya adalah anak buah Rico

Nilai = 2/10
Bisa dikatakan, Dierkosa Setan adalah film terkacau yang pernah gue tonton. Tapi gue sangat menyarankan kepada kalian buat mencicipinya karena jarang sekali ada film yang maha kacau seperti ini. Skrip, akting hingga sisi teknis tak ada satupun yang bisa dikategorikan lumayan.




WELCOME, WELCOME

Perkenalkan nama gue Rizal, atau nantinya gue akan menyebut diri gue sendiri sebagai Cinetariz. Saat blog ini dibuat, gue masih berstatus sebagai mahasiswa semester IV di sebuah universitas negeri di Semarang.

Sebenernya Cinetariz bukanlah blog pertama yang gue bikin, namun rencana ke depan Cinetariz bakal diurus secara serius sebagai blog yang berisi tentang review film dan hiburan. Sesuai dengan judul blog, "Movies & Entertainment", maka blog ini tidak hanya akan berisi tentang info/kritik film aja, tetapi juga berita hiburan serta beberapa kritik serial TV / reality show. Diharapkan blog ini bakal jadi semacam wadah buat gue dan para blogger buat tukar pendapat mengenai film dan info hiburan.



Review film gue usahakan sebisa mungkin bersifat objektif. Semua review yang gue posting di blog ini adalah murni hasil tulisan gue, bila ada beberapa yang comot dari tulisan blogger lain maka akan gue cantumkan source-nya. Pembaca boleh setuju atau tidak terhadap review gue karena selera setiap orang berbeda jadi gue nggak bisa memaksakan kalian buat setuju terhadap review gue. Itulah mengapa kritik dan saran sangat gue butuhkan dari kalian sebagai bahan perbaikan di waktu yang mendatang. Jadi jangan segan buat lontarkan kritik dan saran =)

Akhir kata, semoga Cinetariz bisa menjadi sebuah blog yang informatif dan berguna buat para pembaca sekalian dalam memilih film yang bagus. Mengingat perfilman Indonesia tengah naik daun, maka review film lokal gue mungkin akan sedikit lebih banyak ketimbang film asing. Tapi gue akan usahakan porsinya berimbang.
Baiklah, tanpa perlu banyak berpidato, saya resmikan blog Cinetariz : Movies & Entertainment!

Enjoy =)

XOXO,
Cinetariz