Sabtu, 20 Agustus 2011

REVIEW : KUNG FU PANDA 2



"The only thing that matters is what you choose to be now." - Po



Apa yang membuat Kung Fu Panda menjadi begitu istimewa hingga film pertamanya bisa mengeruk $631 juta dari peredaran di seluruh dunia padahal film animasi ini mengandalkan formula yang sama seperti kebanyakan animasi lainnya, hewan yang bisa berbicara dan kisah tentang zero to hero? Keputusan pintar tim penulis skenario menggabungkan ide klise ini dengan martial art menjadikannya menarik. Saat menyaksikan Panda, kita seakan sedang menyaksikan film kung fu lawas, namun dalam bentuk animasi dan lebih komikal. Aksi Po (Jack Black) juga sedikit banyak mengingatkan saya pada Stephen Chow di Kung Fu Hustle. Namun ternyata saya tidak berhasil klik dengan film animasi bikinan pesaing Pixar, DreamWorks, ini. Saya masih lebih menyukai Shrek dan Shrek 2 yang menurut saya jauh lebih menghibur. Saat sekuelnya dilempar ke pasaran, saya tidak begitu antusias untuk menyaksikannya. Namun melihat respon positif dari para kritikus sedikit banyak membuat saya penasaran. Ekspektasi rendah dipasang untuk Kung Fu Panda 2, demi menghindari kekecewaan. Secara mengejutkan, Panda 2 ternyata sukses mencuri hati saya. Melebihi dari apa yang saya harapkan terhadap film ini.



Saat kebanyakan sekuel cenderung hanya merupakan pengulangan dari film sebelumnya, Kung Fu Panda 2 mengeksplor lebih dalam dari apa yang telah diceritakan di prekuelnya. Sutradara debutan, Jennifer Yuh Nelson, beruntung dibekali naskah yang kuat untuk film perdananya ini. Panda 2 memiliki tokoh jahat yang mematikan, meskipun kemampuan bela dirinya tidak begitu hebat. Shen Long (Gary Oldman), seekor merak yang gila kekuasaan, menggunakan senjata api untuk menaklukkan China. Ketika Soothsayer (Michelle Yeoh) meramalkan bahwa akan ada ksatria berkulit hitam dan putih yang mengalahkannya, Shen pun membasmi seluruh populasi panda yang ada di China. Shen digambarkan ahli dalam melontarkan belati, persis seperti pemain sirkus. Penampilannya cantik, namun terlihat angkuh. Jika dilihat sekilas, Shen bukanlah tandingan yang sepadan bagi Po, Tigress (Angelina Jolie), Mantis (Seth Rogen), Viper (Lucy Liu), Monkey (Jackie Chan), dan Crane (David Cross). Senjata ciptaannya lah yang menjadi lawan sesungguhnya bagi The Furious Five. Selain kisah epik mengenai pertarungan penuh dendam, penonton juga diajak untuk menyelami masa lalu dari Po.





Tentu Anda tidak benar-benar berfikir bahwa ayah kandung Po adalah Mr. Ping (James Hong) yang merupakan seekor angsa, bukan? Dalam sebuah kilas balik yang dimunculkan dalam bahasa gambar yang sangat cantik, terungkap fakta mengenai orang tua Po. Penjelasan singkat ini rupanya efektif untuk membuat mata berkaca-kaca. Jika dalam prekuelnya penuh dengan kegilaan, maka sekuel ini tampil lebih kelam. Apakah ini karena pengaruh bergabungnya Guillermo del Toro dan Charlie Kaufman? Bisa jadi. Adegan-adegan pemancing tawa tentu masih banyak disisipkan disana sini, akan tetapi intensitasnya jauh berkurang. Kung Fu Panda 2 lebih serius dalam bertutur. Plot utama mengenai pemimpin lalim, Shen Long, yang epik disampaikan dengan sedikit seram (untuk penonton cilik) sementara kisah masa lalu Po lebih mengharu biru. Justru inilah yang membuat saya menyukai Kung Fu Panda 2. Film ini hadir dalam paket yang komplit dengan kombinasi antara drama yang menyentuh, aksi yang seru serta komedi yang segar. Koreografi pertarungannya lebih menarik dan menegangkan ketimbang sebelumnya. Aksi Furious Five saat menyergap istana Shen sanggup membuat saya menahan nafas.



Poin paling positif yang membuat saya berdecak kagum adalah animasinya yang terlihat sangat halus dan mulus. Nyaris sempurna. Konon, setiap bulu Po ini di-render dengan susah payah. Bayi Po membuat para penonton dengan serempak berkata "imut banget!" Ya, setelah menyaksikan Panda 2, saya jadi ingin memelihara seekor panda. Kemajuan dalam animasi tidak hanya ditampilkan melalui sosok Po, tetapi juga diwujudkan dalam tampilan hujan, pemandangan alam pedesaan di China serta pertarungan di istana. Semua ini akan terasa lebih menakjubkan jika disaksikan dalam bentuk 3D. Seperti halnya dalam tradisi film animasi DreamWorks, bintang-bintang terkenal pun dikerahkan untuk menyumbang suara. Jack Black, Gary Oldman dan Dustin Hoffman (sebagai Master Shifu) sanggup menyatu dengan tokoh yang mereka suarakan. Sementara Jackie Chan dan Jean-Claude Van Damme sepertinya dipanggil hanya untuk menaikkan gengsi film. Seandainya digantikan oleh dubber lain pun tak masalah, rasanya hanya sedikit yang mengenali suara Chan dan Van Damme di film ini. Menjelang akhir, tanda-tanda akan hadirnya sekuel mulai nampak. Setelah kepuasan yang saya dapatkan ketika menyaksikan hiburan yang menyenangkan dari Kung Fu Panda 2 ini, maka Kung Fu Panda 3 sangat saya nantikan. Semoga saja franchise Panda ini tidak bernasib sama dengan franchise Shrek yang semakin lama semakin mengecewakan.



Exceeds Expectations

Tidak ada komentar:

Posting Komentar