Jumat, 09 Juli 2010

REVIEW : 3 HATI 2 DUNIA 1 CINTA



Kisah cinta antara dua insan beda agama sebelumnya telah diangkat oleh film indie yang ciamik berjudul Cin(t)a dan sebuah film pendek berjudul sama. Benni Setiawan mencoba untuk mengambil tema yang sama untuk film terbarunya ini dengan mengambil pendekatan yang berbeda. Meskipun masalah yang dihadapi oleh karakter utama dalam film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta ini jauh lebih kompleks ketimbang dua film yang telah disebutkan di awal, Benny memilih untuk mengemasnya dalam jalur komedi drama. Film ini sendiri diadaptasi dari novel sukses karangan Ben Sohib, Da Peci Code dan Balada Rossid dan Della.

Rosid (Reza Rahadian), pemuda muslim yang idealis dan terobsesi menjadi seniman besar seperti WS Rendra. Gaya seniman Rosid dengan rambut kribonya membuat Mansur (Rasyid Karim), sang ayah, gusar karena tidak mungkin bagi Rosid untuk memakai peci. Padahal peci—bagi Mansur—adalah lambang kesalehan dan kesetiaan kepada tradisi keagamaan. Bagi Rosid, bukan sekadar kribonya yang membuatnya tidak mungkin memakai peci, melainkan karena Rosid tidak ingin keberagamaannya dicampur-baur oleh sekadar tradisi leluhur yang disakralkan

Delia (Laura Basuki), seorang gadis katolik berwajah manis, kepincut pada sosok Rosid. Tentu saja ini hubungan yang nekad . Rosid dan Delia adalah dua anak muda yang rasional dalam menyikapi perbedaan. Tapi orang tua mana yang rela dengan kisah cinta mereka. Maka mereka pun mencari cara untuk memisahkan Rosid dan Delia. Jurus Frans (Robby Tumewu) dan Martha (Ira Wibowo), orang tua Delia, adalah dengan mencoba mengirim Delia sekolah ke Amerika. Berbeda lagi dengan Mansur. Ia berupaya menjinakkan Rosid dengan meminta nasihat Said (Zainal Abidin Domba), sepupunya yang ternyata tega menipunya

Muzna (Henidar Amroe), ibunda yang sangat dihormati Rosid, pun turun tangan. Sang Ibu dengan bantuan Rodiah, adik suaminya, menjodohkan Rosid dengan Nabila (Arumi Bachsin), gadis cantik berjilbab yang ternyata mengidolakan Rosid, sang penyair. Memang, cinta Rosid dan Delia begitu kuat, tapi sekuat itu juga tantangannya. Selain perbedaan agama ternyata ada beban psikologis yang harus dihadapi jika mereka meneruskan hubungan itu hingga ke ikatan pernikahan. Berhasilkah mereka bersatu dalam ikatan perkawinan? Memang nasib cinta tak ada seorang pun yang tahu.

3 Hati 2 Dunia 1 Cinta mengalir dengan ceria dan ringan, meski ada kalanya penonton dibuat mengharu biru saat konflik mulai menajam, tak seperti Cin(t)a yang cenderung berat dan penuh dengan muatan filosofis. Sedikit terseok saat memulai film dimana 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta tampak seperti FTV kebanyakan di stasiun TV swasta, opening scene yang terbilang klise. Saat penonton mengetahui pokok permasalahan sebenarnya, barulah film mulai enak untuk diikuti. Humornya renyah dan beberapa kali sanggup mengundang tawa. Mungkin ada beberapa penonton yang merasa humor yang disajikan terasa sedikit pasaran, tapi memang seperti itulah yang tersaji dalam novelnya. Benni Setiawan mencoba patuh pada novelnya. Yang patut dipuji adalah bagaimana Benni sanggup menyeimbangkan porsi drama dan komedi secara pas sehingga film menjadi begitu nikmat untuk disantap. Beberapa kali Benni Setiawan mencoba untuk melontarkan beberapa sindiran kepada masyarakat terutama dengan dimunculkannya karakter sekelompok orang Islam yang terlalu fanatik terhadap agamanya sehingga terkesan sesat serta dialog - dialog yang diucapkan oleh beberapa karakter penting. Ada kalanya sindiran itu tepat sasaran, namun beberapa malah terasa aneh dan berlebihan.

Peran Rosid nampaknya kurang begitu menantang bagi Reza Rahadian sehingga aktingnya kurang begitu maksimal disini. Laura Basuki yang bermain bagus dalam Gara Gara Bola malah kaku sebagai Delia dan berakting layaknya di FTV, alih - alih film layar lebar. Arumi Bachsin tampil cantik dengan jilbabnya tapi dengan porsi karakter yang begitu sedikit membuatnya kesulitan untuk lebih mengeskplor kemampuan aktingnya, malah terlihat sebagai pemanis belaka. Tampil memukau dalam film ini adalah Henidar Amroe yang berhasil membawakan peran ibu yang lembut dan penyayang dengan sangat apik. Bintang pendukung lainnya tampil dalam porsi yang cukup, meski cukup disayangkan Robby Tumewu dan Ira Wibowo kurang mendapat porsi tampil yang cukup banyak.

Film semacam inilah yang seharusnya mendapat perhatian lebih oleh masyarakat. Meski tema yang diangkat cenderung sensitif, tapi banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sini, terutama bagi yang beragama Islam. Benni Setiawan dengan cerdas banyak menyelipkan pesan moral dalam tindakan serta ucapan para karakternya tanpa terkesan menggurui penonton. Endingnya cukup menyebalkan bagi beberapa penonton, tapi bagi saya cukup manis dan memang sepatutnya diakhiri seperti itu. Sebuah adaptasi novel yang terbilang cukup sukses.

Nilai = 7/10


Tidak ada komentar:

Posting Komentar