"No measure of time with you will be long enough. But we'll start with forever."
Akhirnya, Bella Swan (Kristen Stewart) dan Edward Cullen (Robert Pattinson) bersatu dalam tali pernikahan setelah hubungan keduanya selalu mengalami tarik ulur selama tiga seri lamanya. Tapi tentu saja pernikahan bukan menjadi tujuan akhir dari The Twilight Saga. Stephenie Meyer, dengan kejamnya, tidak begitu saja membiarkan pasangan paling lebay dalam sejarah sastra dunia ini menikmati kehidupan rumah tangga dengan damai sentosa. Dalam Breaking Dawn, masih ada badai-badai yang menghadang mencoba untuk memisahkan Bella dan Edward. Manusia dan vampir tidak akan bisa bersatu dengan mudah. Terlebih banyak pihak yang tidak memberikan restu terhadap hubungan dua sejoli ini. Jacob Black (Taylor Lautner) adalah yang paling terang-terangan menyatakan keberatannya. Apakah kisah cinta segitiga yang melibatkan Bella, Edward, dan Jacob kembali terulang sekalipun Bella dan Edward telah menikah? Sebuah pertanyaan retoris sebenarnya. Anda yang hafal dengan seluk beluk The Twilight Saga atau pecandu opera sabun, tentu mengetahui jawabannya. Hanya saja, gangguan dari Jacob tidak seintensif sebelumnya. Tidak ada lagi alasan bagi Bella untuk bergalau ria memikirkan calon pendamping hidup yang tepat. Lagipula, dia masih 18 tahun. Ada apa dengan anak muda zaman sekarang?
The Twilight Saga: Breaking Dawn dibagi menjadi dua bagian menyusul permintaan Stephenie Meyer kepada Summit Entertainment yang meminta agar jilid terakhir ini dibuat dalam dua bagian karena kisahnya yang panjang dinilai tidak akan cukup apabila disampaikan dalam 120 menit. Oh, come on! Katakan saja jika alasan utamanya adalah demi mengeruk keuntungan yang lebih besar. Ditangani oleh Bill Condon, sutradara Dreamgirls sekaligus penulis naskah Chicago, Breaking Dawn Part I diharapkan bisa tampil lebih baik ketimbang prekuek-prekuelnya. Film dibuka dengan adegan pernikahan Edward dan Bella yang harus diakui digarap dengan sangat cantik. Dekorasi altar dan tempat resepsi yang indah, sinematografi yang aduhai, hingga tata rias dan busana yang melenakan mata, mampu mewujudkan impian para twihards untuk melihat acara pernikahan sakral dua tokoh favorit mereka. Sebelum menuju ke momen yang romantis ini, kita dibuat terlelap terlebih dahulu oleh naskah buatan Melissa Rosenberg dengan dialog yang super cheesy dan adegan yang dipanjang-panjangkan. Namun ini masih belum seberapa dengan apa yang terjadi di menit-menit selanjutnya.
Bagian pertama dari Breaking Dawn adalah mengenai pernikahan, bulan madu, masa-masa kehamilan, dan kelahiran. Bagi siapapun yang mengharapkan Breaking Dawn part I akan disesaki dengan aksi laga dan adegan yang mencekam, maka bersiaplah untuk kecewa. Demi menggambarkan betapa indahnya bulan madu yang dilalui oleh Bella dan Edward saja memakan waktu sekitar separuh dari durasi film. Apa yang diceritakan disini hanya berputar-putar mengenai malam pertama Bella dan Edward, bermain catur, berhubungan seks lagi, bermain catur lagi, berhubungan seks lagi, bermain catur lagi. Bukankah lebih tepat jika film ini diberi judul “The Neverending Honeymoon” atau “The Neverending Intercourse”? Demi mencegah terjadinya kebosanan pada penonton, disisipkan humor-humor menggelitik yang secara mengejutkan cukup efektif. Adegan seks yang digembar-gemborkan bakal panas ternyata biasa saja dan cenderung tidak natural. Agaknya usaha Summit Entertainment untuk mempertahankan agar Breaking Dawn tetap mengantongi rating PG-13 (Remaja) turut berpengaruh terhadap penggambaran adegan bulan madu. Selama satu jam pertama, Breaking Dawn Part I tidak memberikan lonjakan yang berarti dalam alur penceritaan. Dengan romansa yang serba berlebihan plus minimnya konflik, film terasa sangat lambat dan cenderung monoton. Condon dan Rosenberg terlalu berlama-lama dalam menyajikan porsi bulan madu yang seharusnya bisa dipersingkat. Maka jangan heran jika kemudian ada penonton menggorok lehernya sendiri saking tersiksanya melihat Bella dan Edward berasyik masyuk.
Bulan madu belum juga selesai, Bella sudah ketahuan berbadan dua. Keluarga Cullen mendadak panik, terlebih Alice (Ashley Greene) tidak mendapatkan visi tentang apa yang akan terjadi kepada Bella. Melihat kondisi Bella yang semakin lama semakin lemah, Edward dan Jacob memiliki inisiatif untuk mengaborsi janin yang tumbuh di dalam perut Bella. Akan tetapi, Bella menolak. Di lain pihak, kawanan werewolf menyusun rencana untuk membunuh Bella yang dianggap membawa ‘makhluk’ yang membahayakan bagi mereka. Jacob membelot. Dia memutuskan untuk membela Bella, yang artinya dia bersekutu dengan Edward, musuh abadinya. Ketika perut Bella sudah siap untuk ‘meledak’, film baru mulai enak diikuti. Secara perlahan, tensi ketegangan terus dinaikkan. Kristen Stewart mulai terlihat melebur dengan karakter yang dimainkannya sedangkan Robert Pattinson dan Taylor Lautner tetap tidak berbeda jauh dengan sebelumnya. Taylor Lautner gagal memancarkan emosi ketika Jacob dipaksa untuk memilih keluarga atau musuhnya. Menit-menit terakhir di Breaking Dawn Part I adalah momen terbaik dari film ini. Menegangkan, menyeramkan, sekaligus memilukan. Tampaknya The Twilight Saga telah menemukan sutradara yang tepat. Adegan terakhir dari Breaking Dawn Part I adalah favorit saya, selain adegan pernikahan di awal film. Tak pelak lagi, ini adalah seri terbaik dari The Twilight Saga, sejauh ini. Seandainya saja Bill Condon tidak berlama-lama dengan adegan resepsi pernikahan dan bulan madu, maka Breaking Dawn Part I akan lebih mengena. Lagi-lagi hanya twihards saja yang akan bertepuk tangan setelah film usai.
Acceptable
Note : Jangan terburu-buru keluar setelah film usai, ada adegan tersembunyi yang layak untuk ditunggu di pertengahan closing credit.
The Twilight Saga: Breaking Dawn dibagi menjadi dua bagian menyusul permintaan Stephenie Meyer kepada Summit Entertainment yang meminta agar jilid terakhir ini dibuat dalam dua bagian karena kisahnya yang panjang dinilai tidak akan cukup apabila disampaikan dalam 120 menit. Oh, come on! Katakan saja jika alasan utamanya adalah demi mengeruk keuntungan yang lebih besar. Ditangani oleh Bill Condon, sutradara Dreamgirls sekaligus penulis naskah Chicago, Breaking Dawn Part I diharapkan bisa tampil lebih baik ketimbang prekuek-prekuelnya. Film dibuka dengan adegan pernikahan Edward dan Bella yang harus diakui digarap dengan sangat cantik. Dekorasi altar dan tempat resepsi yang indah, sinematografi yang aduhai, hingga tata rias dan busana yang melenakan mata, mampu mewujudkan impian para twihards untuk melihat acara pernikahan sakral dua tokoh favorit mereka. Sebelum menuju ke momen yang romantis ini, kita dibuat terlelap terlebih dahulu oleh naskah buatan Melissa Rosenberg dengan dialog yang super cheesy dan adegan yang dipanjang-panjangkan. Namun ini masih belum seberapa dengan apa yang terjadi di menit-menit selanjutnya.
Bagian pertama dari Breaking Dawn adalah mengenai pernikahan, bulan madu, masa-masa kehamilan, dan kelahiran. Bagi siapapun yang mengharapkan Breaking Dawn part I akan disesaki dengan aksi laga dan adegan yang mencekam, maka bersiaplah untuk kecewa. Demi menggambarkan betapa indahnya bulan madu yang dilalui oleh Bella dan Edward saja memakan waktu sekitar separuh dari durasi film. Apa yang diceritakan disini hanya berputar-putar mengenai malam pertama Bella dan Edward, bermain catur, berhubungan seks lagi, bermain catur lagi, berhubungan seks lagi, bermain catur lagi. Bukankah lebih tepat jika film ini diberi judul “The Neverending Honeymoon” atau “The Neverending Intercourse”? Demi mencegah terjadinya kebosanan pada penonton, disisipkan humor-humor menggelitik yang secara mengejutkan cukup efektif. Adegan seks yang digembar-gemborkan bakal panas ternyata biasa saja dan cenderung tidak natural. Agaknya usaha Summit Entertainment untuk mempertahankan agar Breaking Dawn tetap mengantongi rating PG-13 (Remaja) turut berpengaruh terhadap penggambaran adegan bulan madu. Selama satu jam pertama, Breaking Dawn Part I tidak memberikan lonjakan yang berarti dalam alur penceritaan. Dengan romansa yang serba berlebihan plus minimnya konflik, film terasa sangat lambat dan cenderung monoton. Condon dan Rosenberg terlalu berlama-lama dalam menyajikan porsi bulan madu yang seharusnya bisa dipersingkat. Maka jangan heran jika kemudian ada penonton menggorok lehernya sendiri saking tersiksanya melihat Bella dan Edward berasyik masyuk.
Bulan madu belum juga selesai, Bella sudah ketahuan berbadan dua. Keluarga Cullen mendadak panik, terlebih Alice (Ashley Greene) tidak mendapatkan visi tentang apa yang akan terjadi kepada Bella. Melihat kondisi Bella yang semakin lama semakin lemah, Edward dan Jacob memiliki inisiatif untuk mengaborsi janin yang tumbuh di dalam perut Bella. Akan tetapi, Bella menolak. Di lain pihak, kawanan werewolf menyusun rencana untuk membunuh Bella yang dianggap membawa ‘makhluk’ yang membahayakan bagi mereka. Jacob membelot. Dia memutuskan untuk membela Bella, yang artinya dia bersekutu dengan Edward, musuh abadinya. Ketika perut Bella sudah siap untuk ‘meledak’, film baru mulai enak diikuti. Secara perlahan, tensi ketegangan terus dinaikkan. Kristen Stewart mulai terlihat melebur dengan karakter yang dimainkannya sedangkan Robert Pattinson dan Taylor Lautner tetap tidak berbeda jauh dengan sebelumnya. Taylor Lautner gagal memancarkan emosi ketika Jacob dipaksa untuk memilih keluarga atau musuhnya. Menit-menit terakhir di Breaking Dawn Part I adalah momen terbaik dari film ini. Menegangkan, menyeramkan, sekaligus memilukan. Tampaknya The Twilight Saga telah menemukan sutradara yang tepat. Adegan terakhir dari Breaking Dawn Part I adalah favorit saya, selain adegan pernikahan di awal film. Tak pelak lagi, ini adalah seri terbaik dari The Twilight Saga, sejauh ini. Seandainya saja Bill Condon tidak berlama-lama dengan adegan resepsi pernikahan dan bulan madu, maka Breaking Dawn Part I akan lebih mengena. Lagi-lagi hanya twihards saja yang akan bertepuk tangan setelah film usai.
Acceptable
Note : Jangan terburu-buru keluar setelah film usai, ada adegan tersembunyi yang layak untuk ditunggu di pertengahan closing credit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar