Saya sama sekali tidak menduga jika akan menjadi salah satu dari sekian blogger yang beruntung mendapatkan undangan untuk datang ke Opening & Closing Night INAFFF11. Sesuatu yang membahagiakan tentu saja. Sebenarnya saya sudah ingin menghadiri INAFFF (Indonesia International Fantastic Film Festival) sejak gelaran pertama di tahun 2007, tapi karena jarak yang cukup jauh, biaya transportasi yang tinggi, dan kesibukan sekolah / kuliah serta tetek bengeknya, saya pun selalu gagal untuk menikmati film-film yang diputar di INAFFF. Tahun lalu sempat berencana untuk menghadiri INAFFF di Bandung bersama seorang teman, tapi sekali lagi rencana tidak berhasil diwujudkan. Ketika tahun ini saya tidak lagi mengharapkan apapun, sebuah keajaiban datang. Saya mendapatkan undangan! Wuhuuuuu... Tentu saja saya tidak membuang kesempatan ini begitu saja, sekalipun dihadang dengan tugas kuliah dan organisasi yang seabrek. Meski hanya bisa mencicipi film yang diputar saat Opening dan Closing, saya sudah sangat bahagia. Apalagi film yang dijadikan penutup adalah Serbuan Maut (The Raid) karya Gareth Evans yang baru saja menggondol People's Choice Award di Midnight Madness, Toronto Film Festival.
INAFFF di tahun kelimanya ini akan memutar lebih dari 40 film bergenre horror, thriller, sci-fi, dan fantasi, dari seluruh dunia. Selain pemutaran film seperti biasa, tahun ini juga akan dimeriahkan dengan acara Film Making Session bersama Lala Timothy, produser Pintu Terlarang. Sebagai film pembuka, INAFFF memilih film fantasi anyar bikinan Tarsem Singh, Immortals. Film ini dirilis di Indonesia pada tanggal yang sama dengan jadwal edar di Amerika Serikat, 11 November 2011. Masih segar banget, baru keluar dari oven *halah*. Jumat malam, 11 November 2011, pukul 20.30, lobby Blitz Megaplex Grand Indonesia sudah dipadati ratusan calon penonton yang sudah tidak sabar untuk segera menerjang auditorium 2, salah satu audi besar di Blitz GI yang digunakan untuk pembukaan INAFFF. Diantara tamu undangan dan penonton yang antri rapi memanjang, saya sempat melihat beberapa artis, sineas serta produser berpengaruh di Indonesia, seperti Rio Dewanto, Sigi Wimala, Alex Abbad, Affandi Abdul Rachman, Joko Anwar, Aming, Gareth Evans, Putrama Tuta, Joe Taslim, hingga Vera Lasut, turut hadir.
INAFFF di tahun kelimanya ini akan memutar lebih dari 40 film bergenre horror, thriller, sci-fi, dan fantasi, dari seluruh dunia. Selain pemutaran film seperti biasa, tahun ini juga akan dimeriahkan dengan acara Film Making Session bersama Lala Timothy, produser Pintu Terlarang. Sebagai film pembuka, INAFFF memilih film fantasi anyar bikinan Tarsem Singh, Immortals. Film ini dirilis di Indonesia pada tanggal yang sama dengan jadwal edar di Amerika Serikat, 11 November 2011. Masih segar banget, baru keluar dari oven *halah*. Jumat malam, 11 November 2011, pukul 20.30, lobby Blitz Megaplex Grand Indonesia sudah dipadati ratusan calon penonton yang sudah tidak sabar untuk segera menerjang auditorium 2, salah satu audi besar di Blitz GI yang digunakan untuk pembukaan INAFFF. Diantara tamu undangan dan penonton yang antri rapi memanjang, saya sempat melihat beberapa artis, sineas serta produser berpengaruh di Indonesia, seperti Rio Dewanto, Sigi Wimala, Alex Abbad, Affandi Abdul Rachman, Joko Anwar, Aming, Gareth Evans, Putrama Tuta, Joe Taslim, hingga Vera Lasut, turut hadir.
Sebelum Immortals dimulai, dua orang penting dibalik penyelenggaraan festival ini, Rusli Eddy dan Trisiska Putri, terlebih dahulu menyapa penonton. "Semua yang berada disini, ayo mengacungkan tangan!," teriak Trisiska Putri yang disambut penonton dengan mengacungkan jari ke atas. Wanita yang akrab disapa Noni ini metransfer energi positif kepada para penonton yang tampak sangat antusias dan penuh semangat. Setelah Trisiska Putri turun dari panggung, Direktur Festival INAFFF, Rusli Eddy mengambil alih untuk menyampaikan sambutannya. Disela-sela opening speech-nya, Rusli Eddy juga sedikit membeberkan sejarah singkat INAFFF yang dulunya bernama Screamfest Indonesia. Ternyata pemerintah sempat meragukan festival ini. "Kok bikin festival yang isinya film horror semua? Kan film horror jelek-jelek?," ujar Rusli Eddy menirukan ucapan salah satu petinggi kita kala itu. Namun itu tidak mengendurkan semangatnya untuk menghadirkan festival yang berbeda di negeri ini. Terbukti, resistensi pemerintah ternyata salah. Basis penggemar INAFFF semakin bertambah dari tahun ke tahun. INAFFF juga memberikan bukti bahwa tidak semua film horror itu memiliki kualitas yang buruk.
Yang membanggakan dari pagelaran INAFFF kelima ini adalah kehadiran tiga film Indonesia yang akan turut meramaikan festival yang berlangsung selama 10 hari dari 11 hingga 20 November 2011. Ketiga film tersebut adalah Serbuan Maut (The Raid), The Perfect House, dan FISFiC VOL. 1. Bahkan The Raid dan FISFiC VOL. 1 menjadi film yang paling diminati oleh para penonton. Tiketnya terjual habis hanya dalam hitungan menit! Semoga saja ini pertanda bahwa masyarakat Indonesia masih mengharapkan adanya film horror/thriller Indonesia yang berkualitas. Acara kemudian dilanjut dengan bagi-bagi hadiah secara gratis. Penonton diminta untuk mengecek apakah ada isolasi hitam atau amplop di samping kursi, di bawah kursi atau di dalam majalah Total Film Indonesia yang dibagikan secara gratis. Penonton yang tidak beruntung masih mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kaos dan poster yang dilemparkan oleh panitia. Benar-benar seru. Seorang rekan sesama movie blogger, sigilahoror, disambut oleh panitia secara khusus karena niat banget datang jauh-jauh dari Bali hanya untuk INAFFF. Salut!
Acara inti pun dimulai, pemutaran film 'Immortals' yang menandai dimulainya INAFFF11. Namun sebelumnya penonton disuguhi cuplikan dari Modus Anomali, FISFiC VOL. 1, LA Lights Indie Movie, dan Serbuan Maut (The Raid). Riuh tepuk tangan dan sorak sorai pun menggema. Setelah film utama diputar, secara serempak penonton pun dengan khidmat menyaksikannya. Di bawah arahan Tarsem Singh, Immortals menyajikan visualisasi yang indah. Review lengkap mengenai film ini, akan saya posting kemudian. Yang membuat saya puas malam itu bukanlah Immortals, tetapi kesempatan bertemu dengan rekan sesama movie blogger yang luar biasa serta 'orang film' secara langsung. Untuk berkumpul seperti ini sangatlah sulit karena kesibukan masing-masing. Tanpa INAFFF, mungkin kita akan kesulitan untuk bisa 'kopi darat'. Bagi saya, disinilah menariknya festival ini. Memberikan hiburan menyenangkan dengan film-film seru yang akan membuat kita menjerit, bersorak dan bertepuk tangan, dan setelahnya dibahas secara ringan bersama teman-teman. Sebuah festival film yang sangat menyenangkan untuk dihadiri. Tidak perlu berpikir berat untuk bisa menikmati suguhannya. Just having fun!
Yang membanggakan dari pagelaran INAFFF kelima ini adalah kehadiran tiga film Indonesia yang akan turut meramaikan festival yang berlangsung selama 10 hari dari 11 hingga 20 November 2011. Ketiga film tersebut adalah Serbuan Maut (The Raid), The Perfect House, dan FISFiC VOL. 1. Bahkan The Raid dan FISFiC VOL. 1 menjadi film yang paling diminati oleh para penonton. Tiketnya terjual habis hanya dalam hitungan menit! Semoga saja ini pertanda bahwa masyarakat Indonesia masih mengharapkan adanya film horror/thriller Indonesia yang berkualitas. Acara kemudian dilanjut dengan bagi-bagi hadiah secara gratis. Penonton diminta untuk mengecek apakah ada isolasi hitam atau amplop di samping kursi, di bawah kursi atau di dalam majalah Total Film Indonesia yang dibagikan secara gratis. Penonton yang tidak beruntung masih mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kaos dan poster yang dilemparkan oleh panitia. Benar-benar seru. Seorang rekan sesama movie blogger, sigilahoror, disambut oleh panitia secara khusus karena niat banget datang jauh-jauh dari Bali hanya untuk INAFFF. Salut!
Acara inti pun dimulai, pemutaran film 'Immortals' yang menandai dimulainya INAFFF11. Namun sebelumnya penonton disuguhi cuplikan dari Modus Anomali, FISFiC VOL. 1, LA Lights Indie Movie, dan Serbuan Maut (The Raid). Riuh tepuk tangan dan sorak sorai pun menggema. Setelah film utama diputar, secara serempak penonton pun dengan khidmat menyaksikannya. Di bawah arahan Tarsem Singh, Immortals menyajikan visualisasi yang indah. Review lengkap mengenai film ini, akan saya posting kemudian. Yang membuat saya puas malam itu bukanlah Immortals, tetapi kesempatan bertemu dengan rekan sesama movie blogger yang luar biasa serta 'orang film' secara langsung. Untuk berkumpul seperti ini sangatlah sulit karena kesibukan masing-masing. Tanpa INAFFF, mungkin kita akan kesulitan untuk bisa 'kopi darat'. Bagi saya, disinilah menariknya festival ini. Memberikan hiburan menyenangkan dengan film-film seru yang akan membuat kita menjerit, bersorak dan bertepuk tangan, dan setelahnya dibahas secara ringan bersama teman-teman. Sebuah festival film yang sangat menyenangkan untuk dihadiri. Tidak perlu berpikir berat untuk bisa menikmati suguhannya. Just having fun!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar