Minggu, 08 Agustus 2010

REVIEW : KILLERS

Killers merupakan film komedi romantis terbaru besutan Robert Luketic yang dirilis khusus untuk dikonsumsi sebagai hiburan di musim panas. Untuk memeriahkan suasana dan menarik minat penonton, maka dipasanglah dua idola Amerika, Katherine Heigl dan Ashton Kutcher, sebagai bintang utama di Killers. Ini merupakan kedua kalinya bagi Heigl untuk bekerjasama dengan Luketic setelah sebelumnya pernah diarahkan di The Ugly Truth yang cukup manis. Sebelum membuat Killers, Luketic sudah pernah menelurkan beberapa film yang kualitasnya bisa dibilang lumayan, semisal Win a Date with Tad Hamilton!, Monster in Law, Legally Blonde dan 21. Berbeda dengan film - film yang pernah diarahkan oleh Luketic sebelumnya, Killers akan mengusung genre action meski sajian utamanya tetaplah komedi romantis. Akankah reuni Luketic dan Heigl bisa menyajikan hiburan yang manis dan menghibur ?

Setelah diputus oleh kekasihnya, Jennifer Kornfeldt (Katherine Heigl) berwisata ke Nice, Prancis, bersama kedua orang tuanya. Tak butuh waktu lama bagi Jen untuk mengobati patah hatinya karena dia kemudian bertemu dengan seorang lelaki tampan bernama Spencer Aimes (Ashton Kutcher) dalam sebuah lift. Pertemuan tak sengaja ini ternyata membawa kesan manis bagi keduanya hingga mereka memutuskan untuk kencan di malam harinya. Liburan yang awalnya dikira bakal membosankan oleh Jen sontak menjadi sebuah liburan tak terlupakan setelah menghabiskan banyak waktu dengan Spence dan berkeliling Nice bersamanya. Tiga tahun kemudian, Jen dan Spence telah menikah dan hidup mapan di pinggiran kota yang asri dan damai. Namun ketenangan Jen dan Spence terusik saat bos lama Spence mendadak menghubunginya kembali untuk melakukan sebuah tugas. Dan dari sinilah akhirnya Jen mengetahui identitas Spence yang sebenarnya.

Ashton Kutcher dan Katherine Heigl memang pilihan yang cukup tepat dan bagi kebanyakan orang tentu menyenangkan bisa melihat mereka beradu akting bersama, apalagi karakter mereka adalah pasangan. Namun saya pribadi sebal melihat mereka. Bukan karena benci, melainkan bosan melihat mereka terus bermain di film ringan seperti ini. Heigl dan Kutcher bukanlah aktor sembarangan dengan kualitas akting ecek - ecek, mereka bisa berakting dengan sangat baik. Buktinya adalah Heigl menang Emmy berkat aktingnya di Grey's Anatomy dan Kutcher pernah bermain apik di Butterly's Effect. Sementara di Killers ? Jangan berharap banyak. Karakter yang dimainkan oleh Heigl disini tak jauh berbeda dengan peran dia yang biasanya dalam komedi romantis, begitu pula dengan Kutcher. Saya akui chemistry keduanya disini lumayan mengena, tapi saya sudah mulai bosan melihat keduanya melakoni peran yang setipe. Sementara cast yang lain tidak membantu. Jika kalian sudah terbiasa melihat karakter bodoh dalam film komedi aksi, maka di Killers kalian akan kembali menemuinya dengan jumlah yang relatif banyak.

Untuk sebuah hiburan, Killers bisa dibilang cukup berhasil karena ada beberapa scene yang membuat saya tertawa tergelak. Tapi sebagai sajian yang bermutu ? rasanya masih jauh. Killers lebih tepat disebut sebagai film action komedi ketimbang komedi romantis karena porsi aksi dan komedi-nya jauh lebih banyak. Humor yang disodorkan sebenarnya sudah basi, tapi masih mampu mengundang tawa renyah penonton. Adegan aksinya cukuplah, tapi melihat bujetnya yang mencapai $ 75 juta tentu saya mengharapkan sesuatu yang cukup dahsyat dan hal itu tak saya temukan disini. Adegan romantis ? bah, tak ada yang romantis disini. Kalaupun ada, sama sekali tak terasa romantis. Jangan membayangkan pula Killers seperti Mr. & Mrs. Smith, jauh berbeda.

Kalau boleh jujur, meski plot yang disajikan oleh Killers sudah terasa umum dan sangat biasa, masih membuat saya tertarik untuk menontonnya apalagi trailer-nya juga lumayan. Tapi sekali lagi, seperti kebanyakan film komedi romantis yang hadir sekarang ini, eksekusinya gagal. Killers tak lebih dari film aksi penuh banyolan dimana setelah kita keluar gedung bioskop, tak ada yang bisa diingat. Tontonan yang pas untuk kalian yang ingin sekadar dihibur, tapi sangat tidak cocok bagi yang mencari tontonan yang bagus dan bermutu. Naskahnya begitu ringan, tapi tertata cukup baik di awal film. Semenjak identitas Spencer terbongkar, naskah mulai berantakan tak karuan hingga membuat saya pusing dibuatnya. Awal yang sebenarnya cukup manis dan menjanjikan, dirusak di pertengahan film. Makin tidak jelas adalah endingnya. Cukup lucu sebenarnya, tapi tak ada greget sama sekali. Dibiarkan berakhir begitu saja, semudah itu solusinya. Alurnya juga kelewat cepat seakan Luketic ingin film ini cepat berakhir dan dia bisa membuat film lain. Tentu ini sangat menyebalkan, dibuat ngos - ngosan di sepanjang film dan diakhiri dengan mudahnya tanpa kesan.

Nilai = 4/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar