Kamis, 08 Maret 2012

REVIEW : THE GREY



"Live or Die on This Day"

Setelah mendapatkan kembali putri kesayangannya yang sempat raib, Liam Neeson berjuang untuk merebut identitas dirinya yang hilang di dataran Eropa yang dingin. Nah, ketika identitas diri telah berada dalam genggaman, apa yang kembali hilang dari Liam Neeson? Pertanyaan yang lebih penting, apakah Neeson masih berani kembali ke Eropa setelah dua peristiwa buruk tersebut menimpa dirinya? Dengan bantuan rekan lama, Joe Carnahan, yang pernah bekerja sama melalui The A-Team, Neeson akhirnya memutuskan untuk “move-on”. Tidak ada lagi yang hilang, tidak lagi tamasya ke Eropa, dan tidak lagi berhubungan dengan Luc Besson. Pesona Ridley Scott nampaknya lebih menggoda. Terlebih lagi, kali ini setting diboyong ke tempat yang jauh lebih ekstrim, Alaska. Untuk naskah, Joe Carnahan mengadaptasi dari cerita pendek karangan Ian Mackenzie Jeffers yang berjudul “Ghost Walker”. Dengan adanya Alaska, ditambah dengan kecelakaan pesawat, serigala liar nan buas dan badai salju, The Grey menjanjikan sebuah premis yang sama sekali berbeda dengan Taken maupun Unknown. Terornya terasa lebih nyata.

John Ottway (Liam Neeson) bekerja di Alaska melindungi tim pengebor minyak dari ancaman serigala. Di hari terakhirnya bekerja, ketika dia telah siap untuk pulang, pesawat yang dinaikinya beserta puluhan pekerja lain jatuh menghantam tanah dengan keras. Hanya tujuh orang yang berhasil selamat. Dan, teror baru saja akan dimulai. Seakan belum cukup dengan hawa dingin yang menusuk hingga tulang, Ottway dan konco-konconya mendapat ancaman lain, serigala buas. . Menunggu pertolongan dari tim SAR bagaikan mimpi di siang bolong apalagi melihat fakta kondisi medan yang berat, badai salju yang tidak henti-hentinya menerjang, dan status sosial dari para survivor. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah dengan menjauhi bangkai pesawat dan mencari kehidupan di hutan. Namun yang menjadi permasalahan utama, mereka tidak mengetahui dimana sarang gerombolan serigala. Salah perhitungan bisa berakibat fatal. Terlebih jumlah kawanan semakin berkurang ketika satu persatu terserang hipotermia dan para serigala kian mengganas.

Suatu kejutan yang menyenangkan ketika mengetahui bahwa The Grey ternyata jauh lebih lezat untuk disantap ketimbang Taken dan Unknown. Jalan ceritanya sedikit banyak memang mengingatkan pada Alive yang diangkat dari kisah nyata, hanya saja The Grey tidak melangkah sejauh itu. Di menit-menit awal, kisahnya cenderung tidak menarik untuk disimak. Saat menonton film ini, saya sama sekali buta mengenai jalan ceritanya karena tak sekalipun mengintip review maupun trailer. Maka ketika melihat John Ottway yang galau, dengan ‘penampakan’ istrinya yang sering kali tiba-tiba, saya sempat merasa apa yang akan terjadi berikutnya hanyalah pengulangan dari film-film Liam Neeson berikutnya. Ketika Joe Carnahan menggiring penonton ke dalam pesawat, pada saat inilah tensi perlahan mulai dibangun. Cara Carnahan mengemas adegan kecelakaan pesawat sungguh mengerikan, berkali-kali lipat lebih traumatis ketimbang Final Destination. Sebagai seseorang yang memiliki phobia terhadap pesawat terbang, ini jelas bukan sebuah gambaran yang menyenangkan. Saya sempat panik, dan pada akhirnya memutuskan untuk tidak melihat ke layar selama beberapa detik.

Memasuki alam Alaska yang ganas, The Grey berubah menjadi film yang sebaiknya dihindari oleh pengidap sakit jantung. Terlalu banyak adegan yang diiringi dengan dentuman musik yang mengagetkan. Serigala mengancam kapanpun dan dimanapun, tanpa pandang bulu. Seiring berjalannya film, tidak susah sebenarnya menebak bagaimana cara Joe Carnahan mengakhiri film. Kecerdikannya dalam menjaga intensitas dengan rapi adalah yang menjadi kunci utama mengapa The Grey kian menarik untuk diikuti setiap menitnya. Tidak ada kesan usang atau sekadar reka ulang belaka saat Carnahan mempersembahkan sebuah adegan yang nampaknya merupakan homage terhadap Cliffhanger. Tetap membuat gregetan. Menonton The Grey memang tidak ubahnya tengah melakukan olahraga jantung. Seperti apa yang telah dilakukan oleh Insidious terhadap saya tempo hari, The Grey pun sanggup membuat saya lemas setelah menontonnya di bioskop. Bukan film dengan jalan cerita yang memukau memang, namun The Grey mampu menjalankan tugasnya dengan apik dalam hal memuaskan penonton dari awal hingga akhir dengan ketegangan yang tiada henti dan tersusun rapi.

Exceeds Expectations


Tidak ada komentar:

Posting Komentar