Sabtu, 29 Mei 2010

REVIEW : EUROPE ON SCREEN 2009

Sembari menunggu saya bisa mendapatkan waktu untuk nonton film di bioskop atau DVD tercinta, saya posting dulu review saya hasil impor dari blog seberang tentang Europe On Screen 2009. Oke? tak apalah terlambat daripada tidak sama sekali. hehe..

Europe On Screen kembali digelar tahun ini. Dengan tema "Faces of Europe", EOS menghadirkan 42 film dari negara-negara Eropa. Acaranya sendiri sudah digelar sejak 30 Oktober hingga 29 November 2009 di 9 kota besar Indonesia. Beruntung banget Semarang kembali disinggahi roadshow EOS sehingga saya bisa menikmati film-film Eropa yang berkualitas tinggi dengan gaya penuturan yang cenderung unik. Di Semarang sendiri EOS digelar di Magister Manajemen Universitas Diponegoro selama 2 hari, 24 - 25 November 2009. Kebetulan saya menjadi salah satu panitia acara sehingga bisa menikmati semua film yang diputar dalam 2 hari itu Hmpfh


Seperti halnya kota lain di luar Jakarta, hanya beberapa film saja yang diputar di Semarang, tepatnya ada 6 film. Tidak seperti tahun lalu, kali ini Semarang mendapat jatah banyak film bagus yang tidak hanya bermutu tetapi juga menghibur. Hebatnya, hampir semua film yang diputar di Semarang merupakan film Box Office di negaranya. Bahkan FC Venus sendiri tercatat sebagai film lokal terlaris 2005 di Finlandia.

Film" yang diputar di Semarang :

HOW TO SURVIVE MYSELF (Belanda, 2007, Drama)

Film ini berkisah tentang seorang gadis berusia 13 tahun bernama Rosa yang terpaksa pindah ke rumah barunya bersama dengan ibu dan adik tirinya untuk tinggal bersama ayah barunya. Rosa yang punya imajinasi tinggi ini mengalami krisis percaya diri seperti yang dialami remaja pada umumnya dan ia berusaha untuk mengubah dirinya. Di tempat tinggal barunya ini Rosa menghadapi masalah" seputar teman, cinta, perasaan minder, ayah tirinya dan alter egonya yang bernama Rooz.

How to Survive Myself (HTSM) memang cocok dijadikan sebagai film pembuka. Kisahnya cenderung sangat remaja dengan taburan soundtrack yang easy listening. Film ini sangat asyik ditonton terlebih saat Rooz mulai hadir dan imajinasi" Rosa yang sangat aneh semakin sering dimunculkan. Problem yang dihadapi Rosa terasa nyata karena apa yang terjadi padanya sangat mungkin terjadi kepada remaja lain. Meski bergenre drama, nyatanya unsur komedi disini juga sangat kuat. Lucu, seru dan mengharukan. Pada akhirnya, solusi terbaik bagi Rosa adalah "Be Yourself!"

nilai = 7/10

IL PAPA DI GIOVANNA (Italia, 2008, Drama)

Bersetting di Bologna pada tahun 1938 hingga 1953 selama tahun" kekuasaan Fasisme, film ini menceritakan tentang Michele Casali yang dihadapkan pada situasi yang sangat tidak terduga dan membuatnya putus asa. Putri semata wayangnya, Giovanna, telah membunuh sahabat baiknya karena cemburu. Dia diputuskan mengidap penyakit kejiwaan dan dikirim ke rumah sakit jiwa. Satu"nya orang yang peduli terhadap Giovanna hanyalah ayahnya sendiri. Ibunya menjauh dan Giovanna menjadi sampah masyarakat.

Butuh kesabaran ekstra untuk menikmati film ini lantaran alurnya yang sangat lambat dan dialog na pun kelas berat. Meski demikian, inilah film favorit saya di EOS 2009. Permainan akting trio Silvio Orlando, Francesca Neri dan Alba Rohrwacher bener" jempolan dan kelas wahid! Akting yang ciamik masih didukung dengan sisi teknis yang mengenaskan dimana sinematografi dan tata artistik na begitu indah, naskah yang kuat dan penyutradaraan yang baik. Il Papa di Giovanna memang bukan film untuk semua orang, tapi itulah keistimewaan film ini. Tidak hanya ibu yang memiliki kasih sayang yang tulus, ayah juga bisa melakukannya.

nilai = 9/10 Love Struck

FLY BY ROSSINANT (Bulgaria, 2007, Komedi)

Dari semua film yang diputar di EOS 2009, inilah yang memiliki jalinan kisah paling simple. Inti ceritanya hanyalah sejumlah musisi Bulgaria yang melakukan pertunjukkan di seluruh Eropa. Suatu pagi mereka melakukan konser di Graz dan malam harinya harus berada di Wina untuk acara gala.

Sangat menghibur. Selama 84 menit kita disuguhi aksi" kocak para musisi dalam perjalanan mereka ke Wina. Para musisi berbagi pengalaman" seru mereka sebelum atau saat bergabung dengan grup ini. Semuanya aneh, tidak masuk akal, konyol dan seru. Pokoknya sangat liar dan tidak terduga deh! Ada saja kejadian yang mereka alami, dari terjebak di pertengkaran antar pendukung tim sepakbola hingga terjebak di sebuah gubuk yang berada di tengah hutan dan disertai dengan hujan deras serta mati lampu. Film ini sukses membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Sayangnya, penokohan di film ini sangat lemah sehingga kita kurang mengenal para tokohnya yang sangat banyak itu.

nilai = 7/10

WONDERFUL AND LOVED BY ALL (Swedia, 2007, Komedi)

Isabella Eklof hampir selalu mengalami ketidakberuntungan saat mencoba ikut casting. Dia bermimpi menjadi seorang aktris, tapi ternyata mendapat sebuah peran tidak semudah yang ia bayangkan. Dengan memalsukan CV, Isabella secara tidak terduga mendapat peran di sebuah drama yang ditangani oleh sutradara terkenal. Awalnya ini bagaikan mendapat durian runtuh, menyabet peran yang menjadi impian semua aktris, berkencan dengan aktor terkenal dan kesuksean yang di depan mata. Sayangnya semua tidak berjalan sesuai rencana. Isabella mendapat masalah dengan CV yang ia palsukan dan mengetahui sosok sebenarnya dari sang kekasih.

Komedi romantis yang menghibur dan sangat manis. Unsur komedinya dominan, humor-humor yang segar dan bisa dinikmati oleh semua kalangan. Pemandangan indah kota Stockholm yang menjadi daya tarik film ini. Chemistry antara Martina Haag dan Nikolaj Coster-Waldau juga terjalin dengan baik. Alurnya berjalan dengan cepat sehingga film ini terasa tidak membosankan meski hal ini mengakibatkan beberapa masalah kurang digali secara mendalam sehingga menyebabkan kebingungan penonton. Nilai plus buat endingnya sangat kocak dan tak terlupakan LOL

nilai = 7/10

FC VENUS (Finlandia, 2005, Komedi)

Anna dan Pete adalah pasangan yang hidup bahagia di Helsinki. Pete sangat menggemari olahraga sepakbola dan bermain dilam tim bernama FC HeMan yang merupakan liga sepakbola yang paling rendah. Timnya buruk, tetapi tetap saja para pemainnya bermain dan hidup dari sepakbola. Anna sangat membenci olahraga ini namun ia tidak ikut campur dengan hobi suaminya ini karena dia mencintai suaminya. Kesabaran Anna mulai mencapai batas tatkala suaminya telah memesan tiket ke Jerman bersama teman-teman timnya untuk menonton Piala Dunia. Tercetuslah ide gila di pikiran Anna, dia menantang tim suaminya untuk bertanding sepakbola. Tim yang diberi nama FC Venus ini terdiri dari istri/kekasih dari anggota tim FC HeMan. Jika Anna dkk bisa menang, Pete dkk harus berhenti bemain bola. Sebaliknya, jika HeMan yg menang, para istri harus berhenti komplain.

Pada awalnya FC Venus tidak ada dalam jadwal tayang di Semarang, namun karena problem teknis FC Venus dijadikan sebagai film pengganti. Komedi non-stop dari awal hingga akhir, sukses membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal tanpa henti LaughingSangat kocak, cocok dijadikan sebagai tontonan di kala sedang bete atau stres. Dijamin 100 % kocak! Ceritanya sangat klise tetapi pengemasannya yang menarik membuat film ini terasa segar dan seru buat diikuti. Menyaksikan sekumpulan wanita yang sama sekali nol soal sepakbola harus berlatih dan bertanding sepakbola bener" bikin perut sakit, kocak banget! Bahkan anggota timnya juga ga ada yang beres ; wanita yang naif dan polos, gay yang sangat lebay (yg ini beneran kocak LOL) sampai anggota yang sok tau. Sulit menemukan kelemahan film ini karena saya sendiri sangat terhibur dengan kisahnya.

nilai = 8/10

NOAH'S ARK (Hungaria, 2007, Drama)

Tentang seorang kakek bernama Ede Stock yang hidup bersama cucu perempuannya serta seorang sahabat di sebuah blok bangunan di Budapest. Penghuni blok yang sangat padat ini saling membenci satu sama lain, bahkan cucu Ede juga tidak menyukai Ede. Suatu ketika, Ede bersama cucunya mendaftar sebuah acara bertajuk "Kakek terhebat" dimana pemenangnya mendapat hadiah uang yang sangat banyak. Para penyewa mulai bekerja sama menyiapkan duo kakek-cucu untuk acara tersebut. Tanpa disadari, hal ini mampu menyatukan seluruh penghuni blok yang awalnya saling membenci sehingga menciptakan suatu komunitas.

Jujur, inilah satu-satunya film yang gak saya pahami d EOS. Komentar dari para penonton pun senada, mereka tidak memahami film ini dan beberapa meninggalkan gedung di pertengahan film. Ceritanya sangat kompleks dan cenderung absurd, sepertinya banyak sekali simbol bermunculan di sepanjang film. Hal ini diperparah dengan lambatnya alur serta banyaknya tokoh yang harus diperhatikan satu persatu. Noah's Ark dimulai dengan unsur komedi yang kuat namun menginjak pertengahan film tone mulai suram dan gelap. Film yang sangat berat dan tidak cocok dijadikan sebagai tontonan hiburan. Akting Dezco Garas dan Ferenc Kallai yang ciamik nyatanya tak mampu menyelamatkan film ini. Sialnya, Noah's Ark dijadikan film penutup Headache

Btw, cucu Ede mengingatkanku pada Allison Iraheta Giggle

nilai = 5/10

Itulah kesan-kesan saya terhadap film yang diputer di EOS Semarang tahun ini. Bagaimana dengan kalian, adakah yang memiliki film favorit yang sama denganku? Atau kalian terlalu asyik mengantri buat 2012 dan New Moon sehingga melupakan sajian berkualitas yang gratis ini? Hip

Ah, tak sabar rasanya menunggu EOS tahun depan, penasaran dengan film" yang akan disajikan.

REVIEW : HARI UNTUK AMANDA


Pernikahan Amanda (Fanny Fabriana) dan Doddy (Reza Rahardian) akan berlangsung sepuluh hari lagi, sedangkan Doddy masih disibukkan dengan pekerjaannya dan hampir tidak membantu Amanda dalam persiapan pernikahan yang membuat Amanda harus mengurus semuanya sendirian. Di tengah kesibukannya itu, mantan pacar Amanda, Hari (Oka Antara), kembali muncul dalam kehidupan Amanda. Karena Doddy tak bisa diandalkan, akhirnya Amanda meminta Hari untuk mengantarnya membagikan undangan. Dalam perjalanan inilah, kenangan - kenangan indah Hari dengan Amanda selama delapan tahun bersama, bangkit kembali. Hari berusaha meyakinkan Amanda bahwa dirinya bukanlah Hari yang dulu dan dia pantas untuk mendampingi Amanda. Hati Amanda mulai bimbang. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia masih mencintai Hari. Namun tak mungkin untuk membatalkan pernikahannya dengan Doddy yang juga sangat dicintainya meski Doddy telah membuatnya kesal karena membatalkan janji demi pekerjaan. Hari atau Doddy ?

Setelah ditunda beberapa bulan, akhirnya Hari Untuk Amanda resmi dirilis pada bulan Januari 2010. Rilis tanpa promosi yang gila - gilaan di tengah gempuran banyak film besar membuat Hari Untuk Amanda hampir tak terlihat bahkan film ini hanya bertahan beberapa hari saja di bioskop dan saya pun belum berkesempatan untuk menyaksikannya kala itu. Untunglah MNC berbaik hati dengan merilisnya dalam format home video sehingga saya pun bisa menontonnya dan mengoleksinya.

Tidak pernah terbersit di pikiran saya untuk menonton Hari Untuk Amanda terlebih setelah melihat judul dan desain posternya yang terkesan sinetron banget. Bahkan saat teman saya gembar - gembor mengenai film ini, saya juga tidak kunjung tertarik. Setelah membaca komen dari beberapa teman, akhirnya saya luluh juga dan menjajal film ini. Hasilnya ? Wow, Hari Untuk Amanda jelas bukan sebuah film drama romantis biasa, Excellent ! Saya hampir tidak bisa berkata - kata setelah menonton film ini. Rasanya sudah lama saya belum menonton film drama romantis buatan dalam negeri yang sedemikian bagusnya. Kisahnya sangat simple dan tidak jauh dari kehidupan sehari - hari dikemas dengan sangat manis dan menyentuh. Tidakimenyuguhkan sebuah kisah romantis yang picisan, sebaliknya Hari Untuk Amanda bertutur dengan realistis dan dewasa. Dialognya pun cerdas dan nendang, tidak cheesy apalagi gombal. Dua jempol buat Salman Aristo dan Ginatri S. Noer yang berhasil meracik sebuah skenario yang simple nan cerdas. Angga Dwimas Sasongko juga perlu kita beri tepukan tangan setelah belajar dari kesalahan Jelangkung 3 dan berhasil membuat film seindah ini.

Namun skenario yang ciamik dan pengarahan yang menawan tidak akan berhasil tanpa dukungan cast yang mumpuni. Semua cast dalam film ini bermain dengan sangat baik, meski tampil hanya sekadar sebagai cameo. Pujian tertinggi patut dialamatkan pada Oka Antara yang bermain dengan sangat gemilang dalam film ini, mungkin ini adalah akting terbaik dia. Oka berakting sangat meyakinkan sehingga sulit bagi kita untuk tidak bersimpati atau malah jatuh cinta pada karakter Hari. Chemistry Oka Antara dengan Fanny Fabriana juga luar biasa. Fanny yang notabene pendatang baru, mampu mengimbangi akting Oka Antara dan chemistry yang mereka ciptakan begitu natural. Reza Rahardian juga bermain bagus, sayangnya porsi tampil yang sedikit membuat dia kurang bisa menunjukkan kemampuan aktingnya lebih dalam. Para cameo semacam Kinaryosih, Indra Herlambang dan Ida Kusumah tampil tidak mengecewakan meski hanya sebentar. Bahkan kemunculan Kinaryosih cukup menarik perhatian (ehemmm...) Kehebatan di sektor naskah dan akting masih ditunjang dengan musiknya yang keren. Hari Untuk Amanda memiliki soundtrack yang bagus. Penggunaan lagu sebagai background juga sangat pas. Bahkan hal ini membuat beberapa adegan terasa bernyawa dan menyentuh. Tercatat ada tiga band yang menyumbangkan lagunya ; Alexa, Pure Saturday dan Music ForSale. Favorit saya adalah tembang So Right dari Music For Sale. Ah, sangat manis...

Nilai = 9/10
Tak pelak lagi, Hari Untuk Amanda adalah salah satu film drama lokal terbaik yang pernah dibuat. Akting dan pengarahan yang menawan, skrip yang cerdas dan soundtrack yang pas membuat Hari Untuk Amanda sayang buat dilewatkan. Sedikit saran dari saya, siapin tissue saat menonton film ini siapa tahu kalian nangis bombay (hiksss...)

Sabtu, 15 Mei 2010

REVIEW : ALICE IN WONDERLAND


Alice Kingsleigh (Mia Wasikowska) yang kini berusia 19 tahun berada dalam situasi yang tidak menyenangkan setelah ayahnya meninggal. Sang ibu sangat terobsesi ingin memiliki menantu bangsawan sampai merancang sebuah pesta pertunangan Alice dengan Hamish Ascot tanpa sepengetahuan Alice. Ketika Hamish hendak melamar Alice, Alice melihat kelinci putih yang sering dia temui dalam mimpinya. Alice memutuskan untuk mengejar kelinci tersebut ke labirin hingga ia terperosok ke dalam lubang kelinci yang membawanya ke Underland. Alice merasa pernah mengunjungi negeri ini, namun ia sama sekali tidak mengingatnya. Dengan bantuan dari sahabat lama, seperti Tweedledee dan Tweedledum, Cheshire Cat, Caterpillar hingga Mad Hatter (Johnny Depp), Alice bisa mengingat kembali apa yang terjadi dengannya sepuluh tahun yang lalu. Saat ini Alice menjadi satu - satunya harapan penghuni Underland untuk membantu The White Queen (Anne Hathaway) menyingkirkan The Red Queen (Helena Bonham Carter) dari tampuk kepemimpinan.

Alice in Wonderland ternyata hadir dengan sangat mengecewakan. Tim Burton seolah kehilangan sentuhan magisnya saat membesut film ini. Alurnya sangat predictable, kita sudah tahu akan digiring ke mana sejak menit - menit awal, dan memang endingnya tidak memberikan kejutan sama sekali terkesan terburu - buru malah. CGI yang digunakan juga dirasa terlalu berlebihan, saya mencatat ada beberapa adegan yang kentara sekali CGI-nya alias kasar. Dengan bujet sekitar $200 juta, sangat disayangkan adegan semacam ini masih tertangkap oleh penonton awam. Tapi bukan berarti CGI yang ada dalam film ini buruk, hanya saja pengerjaannya kurang maksimal untuk beberapa adegan. Tetap saja saya masih dibuat terpukau oleh pameran CGI yang menghiasi sepanjang film. Tim Burton juga mempertahankan ciri khasnya, gambar yang penuh warna nan misterius. Saya cukup yakin Alice in Wonderland akan mendapat nominasi Oscar untuk kategori tata artistik. Untuk yang satu ini Tim Burton memang jagonya dan jujur saja, ciri khasnya inilah salah satu alasan mengapa saya "jatuh cinta" dengan Tim Burton. Visualisasi yang ciamik dan CGI yang bertaburan di sepanjang film mampu sedikit menambal lubang di sektor naskah.

Dari segi akting, Helena Bonham Carter adalah yang terkuat. Dua jempol saya acungkan atas kehebatan Helena memerankan The Red Queen dengan sangat ciamik. Menurut saya, inilah peran terbaik dia di film garapan sang kekasih. Saya tidak bisa membayangkan The Red Queen diperankan oleh artis lain, sungguh, akting Helena membuat saya terpesona. Semoga saja juri Oscar meliriknya. Johnny Depp seperti biasa berakting dengan cemerlang. Terbiasa dengan peran semacam ini, Mad Hatter dibawakannya dengan sangat luwes. Tak ada kesulitan berarti. Hanya saja untuk kali ini Johnny Depp terpaksa menyerahkan predikat "scene stealer" kepada Helena Bonham Carter. Anne Hathaway juga cukup lucu berperan sebagai The White Queen. Beberapa kali saya dibuat tertawa ngakak melihat tingkat polah si Ratu Putih yang "ajaib". Semakin membuktikan bahwa Anne Hathaway adalah artis serba bisa. Jika pemilihan perannya tepat, bukan tidak mungkin dia akan menjadi artis besar nantinya. Sementara itu, Mia Wasikowska tampil sangat mengecewakan. Entah atas pertimbangan apa Tim Burton memercayakan peran Alice kepada Mia, tapi yang jelas dia tidak bisa akting. Mungkin saya sedikit kejam, tapi pada kenyataannya Mia gagal total membawakan peran Alice. Terlalu kaku. Sorry, Mia...

Meski ternyata Alice in Wonderland tidak seperti ekspektasi kebanyakan orang, bukan berarti film ini tidak bisa dinikmati. Untuk hiburan ditonton bersama keluarga, Alice in Wonderland bisa dikatakan sebagai pilihan yang tepat. Unsur hiburan dan fun dari film ini masih terbilang lumayan, meski dari segi cerita sangat biasa dan cenderung datar. Sepertinya, Alice in Wonderland memang ditujukan untuk hiburan keluarga dan ditonton kala senggang. Karena jika kita mencari film berkualitas yang menghibur, akan dibuat kecewa olehnya. Tidak seburuk Mars Attack, tapi juga belum bisa dikatakan bagus. So so..

Nilai = 6/10