Mission: Impossible jilid 4? Melihat seorang Tom Cruise yang tahun depan berusia kepala 5 adu jotos dengan sekumpulan penjahat tengik dan bergelantungan di gedung pencakar langit? Hmmm.. setidaknya masih lebih bisa diterima ketimbang menyaksikan opa Harrison Ford beraksi kembali sebagai Indiana Jones tempo hari. Dengan sambutan hangat yang diterima Mission: Impossible III dari kritikus maupun penonton, maka sekuel dirasa perlu untuk dibuat. Saya mafhum, selama tim memiliki bekal yang cukup untuk meneruskan misi tak masuk akal dari Ethan Hunt (Tom Cruise). Beruntung, Cruise memiliki alasan yang kuat karena berhasil menemukan sutradara, naskah, dan tim produksi yang solid. Mission: Impossible – Ghost Protocol berhasil menyajikan sebuah hiburan kelas atas yang menyenangkan. Berdiri tegap di atas dua prekuelnya, hanya sedikit di bawah film pertama yang cerdas itu. Di bawah penanganan Brad Bird, sutradara film animasi terpuji; Iron Giant, The Incredibles, dan Ratatouille, seri Mission: Impossible kembali cemerlang setelah sebelumnya sedikit ternoda saat John Woo dan J.J. Abrams agak sedikit berlebihan memerlakukan instalmen ini.
Brad Bird nyaris tidak memberikan kesempatan bagi penonton untuk menghela nafas lega selama 132 menit. Sajian aksi yang memacu adrenalin ditimpangi dengan intrik spionase yang memikat dan humor yang renyah, saya dipaksa untuk tetap bertahan di kursi bioskop seraya menikmati popcorn asin yang gurih serta Cola yang menyegarkan. Nikmat tiada duanya. Sejak menit pertama, Mission: Impossible – Ghost Protocol digeber dengan serangkaian adegan yang mengasyikkan plus mengundang penasaran. Di Budapest, seorang agen IMF bernama Trevor Hanaway (Josh Holloway) diketahui telah dibunuh oleh pembunuh bayaran yang dingin, Sabine Moreau (Lea Seydoux). Belum sempat saya mencerna apa yang sesungguhnya terjadi, dengan sigap adegan melompat jauh ke Moscow, ke sebuah penjara dimana kita bertemu dengan Ethan Hunt. Apa yang telah dia lakukan sehingga mendekam di penjara Russia yang dingin? Anda harus mencari tahu sendiri. Sedikit petunjuk, ini masih memiliki keterkaitan dengan film sebelumnya. Misi penyelamatan Hunt dilakukan oleh Jane Carter (Paula Patton) dan Benji Dunn (Simon Pegg). IMF (Impossible Mission Forces) memerintahkan ketiga agen ini untuk menemukan seorang teroris asal Rusia, Kurt Hendricks (Michael Nyqvist), yang berencana mewujudkan perang nuklir.
Belum sempat Hendricks ditemukan, tim IMF pimpinan Hunt difitnah yang berujung pada munculnya Ghost Protocol, keberadaan IMF beserta seluruh operasinya disangkal oleh pemerintah Amerika Serikat. Namun Ethan Hunt tidak menyerah begitu saja. Dengan bantuan dari seorang analis intelijen, William Brandt (Jeremy Renner), Hunt memburu Hendricks hingga ke belahan dunia lainnya, dari Dubai hingga Mumbai. Dan kita pun patut bersyukur atas kemajuan teknologi serta berterima kasih kepada Brad Bird yang bersikeras untuk mengambil gambar dengan IMAX untuk adegan-adegan tertentu alih-alih kamera 3D. Adegan yang memperlihatkan Ethan Hunt ‘memanjat’ Burj Khalifa dan bergelantungan di ketinggian ratusan meter dari permukaan tanah, berhasil terekam dengan sangat apik dan sesuatu banget. Mengetahui fakta bahwa Tom Cruise melakukan sendiri adegan ini membuatnya terasa lebih spesial. Saya memang menyaksikan film ini di layar bioskop biasa, akan tetapi efek yang dihasilkan dari adegan Burj Khalifa ini sungguh terasa. Berulang kali ratusan penonton lain berteriak miris, dan saya yang memiliki Aeroacrophobia (takut akan tempat tinggi terbuka) sukses mengucurkan keringat dingin. Robert Elswit, sang sinematografer, mampu memunculkan serangan vertigo ringan kepada penonton.
Sekali ini, Mission: Impossible – Ghost Protocol mempunyai tim yang mengagumkan, baik on screen maupun off screen. Betapa beruntungnya Tom Cruise mempunyai rekan-rekan yang hebat; Jeremy Renner yang cerdas, Paula Patton yang cantik namun berbahaya, serta Simon Pegg yang tidak pernah gagal membuat saya tertawa. Chemistry yang terjalin diantara para personil terasa padu, hangat, dan mengasyikkan. Seandainya instalmen ini dilanjutkan, semoga mereka berempat plus Ving Rhames kembali bersatu. Tentu saja dengan penggalian karakter yang lebih dalam. Karena ini adalah film tentang kembalinya Ethan Hunt ke dunia spionase, maka Andre Nemec dan Josh Appelbaum tidak memberikan porsi yang memadai bagi berkembangnya karakter lain. William Brandt mendapatkan porsi minim yang efektif, sementara Jane Carter dan Benji Dunn sedikit terlupakan. Padahal akan sangat menarik jika mengetahui latar belakang dua karakter seru ini secara lebih mendalam. Ah, agaknya saya terlalu rakus dengan mengharapkan kesempurnaan dari berbagai lini untuk film ini. Bagaimanapun, Mission: Impossible – Ghost Protocol telah berhasil menjalankan misinya untuk menghibur penonton dengan amat baik. Cepat, cerdas, seru, penuh intrik, ledakan disana-sini, lucu, menegangkan, dan keren. Sebuah paket komplit yang secara mengejutkan datang dari sebuah film yang pada awalnya dianggap tidak perlu keberadaannya.
Exceeds Expectations
Tidak ada komentar:
Posting Komentar