Minggu, 18 September 2011

REVIEW : THE HANGOVER PART II


"There is a reason its called Bangkok, sweetie." - Kimmy

Setelah sukses mengumpulkan pundi-pundi sebanyak $467 juta dari peredaran seluruh dunia dan piala Golden Globe untuk Film Komedi/Musikal Terbaik dari hasil mengobrak abrik kota dosa, Las Vegas, kali ini The Wolfpack kembali mengunjungi layar lebar dengan petualangan yang tentunya diharapkan lebih gila dan tak bermoral dari sebelumnya. Sasaran empuknya tidak lagi Las Vegas, bahkan mereka juga tidak lagi berada di Amerika Serikat. Melanglang buana sejauh puluhan ribu kilometer, Thailand menjadi korban selanjutnya. Di Negeri Gajah Putih ini, The Wolfpack siap menebarkan ranjau-ranjau. Tim sukses dari The Hangover beberapa masih dipertahankan untuk menceriakan suasana. Todd Phillips ditunjuk kembali sebagai nahkoda utama, sementara Bradley Cooper, Ed Helms, Zach Galifianakis, Justin Bartha dan Ken Jeong juga kembali hadir. Heather Graham yang difungsikan sebagai pemanis di film sebelumnya absen hadir dan digantikan oleh Jamie Cheung yang berperan sebagai tunangan Stu (Ed Helms). Dengan dukungan dari tim sukses yang kurang lebih sama, The Hangover Part II siap untuk meledakkan bioskop dengan candaan fisik dan humor-humor kasar nan jorok yang lebih 'mengerikan'.

"It happened again!," teriak Phil (Bradley Cooper) saat terbangun dalam keadaan tidak karuan di sebuah hotel kumuh di Bangkok, Thailand. Kondisinya sama persis seperti dua tahun lalu di Las Vegas, hanya saja kali ini semakin gila. Phil, Stu, dan Alan (Zach Galifianakis) tidak ingat apa yang telah terjadi semalam. Sebelumnya, mereka berada di sebuah resor mewah dalam rangka merayakan pernikahan Stu, namun kemudian mereka terbangun di sebuah hotel kumuh yang berantakan. Apa yang telah terjadi? Jika dalam film sebelumnya ada harimau dan bayi, maka kali ini digantikan oleh seekor monyet cerdas dan Leslie Chow (Ken Jeong), seorang kriminal lucu yang menghebohkan The Hangover. Stu tidak kehilangan giginya, namun hadir tato yang mirip dengan milik Mike Tyson di kepalanya, dan Alan kehilangan rambutnya alias gundul. Sebenarnya ini tidak akan menjadi masalah besar karena bisa saja mereka bertiga hanya tinggal meninggalkan hotel tersebut dan kembali ke resor. Hanya saja, The Wolfpack tidak sendirian. Mereka membawa serta Teddy (Mason Lee), calon adik ipar Stu, dan Teddy menghilang! Jika Stu tidak bisa menemukan Teddy, maka tamat sudah riwayatnya terlebih Teddy adalah anak kesayangan ayah mertuanya. Bisa-bisa pernikahan Stu dan Lauren (Jamie Chung) terancam dibatalkan.


Maka, The Hangover Part II ini adalah mengenai petualangan The Wolfpack menelusuri gang-gang sempit di Bangkok dalam usahanya menemukan Teddy. Karena ini adalah sebuah sekuel, tentu Todd Philips tidak akan bersantai ria menikmati perjalanan ke Thailand. Dosis kegilaan harus ditambahkan hingga titik klimaks. Phillips turun tangan sendiri mengurus naskahnya dan dia mengajak duo penulis yang telah menghasilkan naskah untuk film-film sinting, Scot Armstrong dan Craig Mazin, untuk membantunya memoles naskah hingga menjadi tak karuan tingkat kebodohannya. The Hangover Part II pun menjelma menjadi sebuah tontonan tak berotak yang penuh dengan kegilaan dan sangat ngawur sejak menit pertama hingga ending. Pada dasarnya, film ini tak dimodali ide cerita yang luar biasa karena apa yang dituturkan disini hanyalah copy paste dari prekuelnya dengan kegilaan yang dilipatgandakan. Tak ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan, tapi jelas masih efektif untuk mengundang tawa renyah penonton. Misteri kemana menghilangnya Teddy pun sejatinya sudah bisa ditebak sejak awal, sehingga untuk membuat penonton betah duduk di kursi hingga menit terakhir murni mengandalkan petualangan gila The Wolfpack.

Siapapun yang telah menyaksikan The Hangover tentu mengerti bahwa untuk bisa menikmatinya berarti harus menyingkirkan logika akal sehat untuk sejenak. Dalam The Hangover Part II, segalanya menjadi semakin tidak masuk akal saja. Jika Anda menginginkan adegan-adegannya relevan dan masuk akal, ada baiknya film ini dihindari. Tujuan Phillips jelas, menghadirkan sebuah tontonan yang mampu membuat penontonnya tertawa tiada henti. Komedinya tidak lagi secerdas prekuelnya, karena disini Phillips lebih banyak bermain-main dalam area slapstick. Ketololan Alan yang dikisahkan semakin menjadi jadi dan porsi Ken Jeong yang diperbesar adalah sarana efektif, kalau tidak mau disebut murahan, untuk memancing tawa. Meskipun The Hangover Part II tetap menjadi sajian hiburan yang menyenangkan, namun kesegarannya menjadi jauh berkurang karena faktor copy paste tadi. Apa yang akan terjadi selanjutnya menjadi mudah ditebak. Padahal yang membuat The Hangover jilid pertama terasa lezat adalah komedinya yang berisi dan banyaknya kejutan. Semoga saja di sekuelnya nanti, yang menurut rencana akan menjadi jilid penutup, Phillips dan tim tidak melakukan kesalahan yang sama. Sungguh disayangkan sekali karena The Hangover Part II ini bisa berpotensi menjadi film yang lebih sinting dan menyenangkan seandainya tidak terjadi pengulangan plot.

Acceptable


Tidak ada komentar:

Posting Komentar