Kamis, 09 Juni 2011

REVIEW : BEASTLY

"You have a year to make someone love you, or stay like this for ever." - Kendra

Sementara Red Riding Hood masih ditahan oleh pihak bea cukai, Beastly melenggang masuk dengan mudah. Bisa dimengerti karena distribusi Beastly ditangani oleh importir yang sudah melunasi kewajibannya. Mungkin yang membuat bertanya-tanya adalah, kenapa saya membandingkan Beastly dengan Red Riding Hood? Mudah, karena keduanya berasal dari dongeng anak yang terkenal. Beastly memang mengadaptasi novel berjudul sama karangan Alex Flinn, namun sejatinya ini adalah adaptasi modern dari Beauty and the Beast. Perombakan dilakukan disana sini untuk memuaskan target penonton yang mengincar remaja usia belasan. Para pemainnya pun dipilih yang memiliki wajah yang rupawan. Jika gadis bertudung merah mengandalkan Amanda Seyfried yang sensual, maka si buruk rupa didukung Alex Pettyfer, Vanessa Hudgens dan aktris favorit saya, Mary-Kate Olsen. Sampai sini, Beastly lebih unggul. Menilik raihan box office, Hood terbang lebih tinggi. Lantas bagaimana dengan kualitasnya? Baik Hood dan Beastly tidak memuaskan, tetapi tentu ada yang sedikit lebih baik. Kesalahan tak termaafkan dari sebuah film adalah jika menghadirkan tontonan yang membosankan. Sayangnya, Beastly melakukannya.

Bagi yang pernah menyaksikan Beauty and the Beast, dapat dengan mudah menebak akan dibawa kemana film ini oleh Daniel Barnz. Bayangkan saja petualangan cinta Belle dan Beast dengan setting Manhattan yang padat dan penuh kesibukan. Hilangkan pemikiran bahwa Beast akan ditampilkan dalam sosok monster besar berbulu yang mengerikan dan gantikan dengan pemuda bertubuh atletis yang lebih terlihat seperti penderita kanker alih-alih penerima kutukan berwajah buruk rupa. Dan, tentu saja dia bukan seorang bangsawan. Hanya seorang pemuda kaya yang sombong dan manja yang haus akan kasih sayang orang tua. Kyle (Alex Pettyfer) dianugerahi oleh Tuhan dengan bentuk tubuh yang nyaris sempurna serta otak yang cemerlang. Tetapi dia tidak bisa menyelaraskan pemakaian otak dengan hati. Kerap memandang rendah mereka yang memiliki fisik tidak menarik dan menjadikannya sebagai bahan hinaan. Kendra (Mary-Kate Olsen) menjadi salah satu korbannya. Pilihan yang salah, Kyle, pilihan yang salah. Kendra membuktikan bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Sebagai balasan atas perlakuan Kyle, Kendra menghadiahinya sebuah kutukan yang mengubah Kyle menjadi pemuda buruk rupa. Untuk menghilangkannya, dia kudu mencari seseorang yang mengatakan 'I Love You' dengan tulus kepadanya sebelum satu tahun. Apakah orang tersebut adalah Lindy (Vanessa Hudgens), teman lamanya? Tidak perlu menjadi jenius untuk bisa menebaknya. Ayah Lindy terlibat dalam suatu kasus kriminal dan Kyle 'memerasnya'. Dia ingin Lindy tinggal bersamanya selama beberapa bulan dengan dalih untuk melindunginya.

Beastly adalah sebuah film drama romantis yang penuh dengan hal-hal bercita rasa klise. Tidak ada yang salah dengan klise, penanganan yang tepat akan menghadirkan tontonan dengan dasar naskah yang klise menjadi sesuatu yang menyenangkan. Barnz gagal melakukannya. Film pun berjalan dengan datar, membosankan dan anti-klimaks. Lindy digambarkan sebagai gadis yang bersahaja, menolak pemberian barang-barang mahal nan bermerk dari Kyle. Kyle diperlihatkan sebagai pemuda yang perkasa, mampu membangun sebuah rumah kaca tanpa bantuan siapapun. Oh, please. Norak dan menjengkelkan. Ini terjadi berulang kali, Barnz mencoba untuk berlindung di balik tameng pakem yang harus dipenuhi oleh drama romantis. Dengan minimnya konflik yang dimunculkan, saya menyesali keputusan untuk tidak membawa bantal dan selimut ke gedung bioskop (atau memilih untuk menontonnya di kelas VIP). Siksaan demi siksaan diluncurkan bertubi-tubi. Kelopak mata terasa sangat berat. Berada dalam kelas Contemporary of English Drama menjadi pilihan yang lebih menyenangkan saat itu. Sungguh, saya ingin seseorang menampar saya kala itu.

Yang lebih menjengkelkan, saya ingin menelepon seorang kawan dari klub teater di pertengahan film. Sudah jelas, Alex Pettyfer adalah versi cowok dari Megan Fox. Mengandalkan wajah tampan dan tubuh atletisnya sebagai bahan jualan. Dari Stormbreaker, Tormented, I Am Number Four hingga Beastly, tidak ada perkembangan signifikan yang ditunjukkan oleh Pettyfer, kecuali dia menjadi semakin tampan saja. Duh. Apakah ini berarti saya harus mengirimkan kartu nama Didi Petet kepada dia untuk mengajarinya cara mengolah ekspresi wajah yang baik dan benar? Oh, tunggu dulu, saya harus mengopi kartu namanya dulu karena saya juga harus mengirimkannya kepada Vanessa Hudgens. Astaga, apa yang dilakukan oleh jeung Gabriella Montez disana? Apakah dia telah mengkhianati Troy Bolton yang dianggapnya tidak cukup kaya? Sepertinya, penolakan hadiah itu hanyalah basa-basi semata. Dih. Mari kita langsung temui Mary-Kate Olsen dan Neil Patrick Harris saja. Saran untuk Barnz, kisah cinta antara seorang penyihir dengan pria buta agaknya lebih menarik untuk diangkat. Setidaknya Olsen dan Harris tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Maklum, mereka memiliki jam terbang yang lebih tinggi. Tapi tentu saja itu bukan alasan yang bisa diterima. Chemistry hambar yang ditunjukkan oleh jeng Montez dan pak Rider 'dipermanis' dengan naskah buatan Barnz yang lebih cocok disebut lullaby ketimbang script. Dan, saya pun lebih memilih untuk tidur. Terima kasih.

Poor

Trailer :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar