"Boys will be boys"
Apabila Anda hanya mengandalkan tampilan promosi, macam poster dan trailer, sebelum menyaksikan Chronicle, maka besar kemungkinan Anda tidak akan tergugah untuk segera menyaksikannya di bioskop. Cukup menunggu DVD-nya saja. Jika Anda melakukannya, maka itu merupakan kesalahan tak termaafkan di awal tahun. Film layar lebar pertama dari Josh Trank ini memang tidak menawarkan premis yang menggoda, tiga remaja mendadak memiliki kekuatan khusus setelah menyentuh sebuah benda tidak dikenal. Sangat biasa, kalau tidak mau disebut klise, bukan? Dengan penawaran yang sedemikian sederhana, bukan berarti barang jualan dari 20th Century Fox ini kurang lezat untuk disantap. Dikemas dengan gaya found footage menjadikan Chronicle terasa enak untuk diikuti. Dan saya pun bernafas lega, “akhirnya found footage tidak melulu mengenai penampakan atau kerasukan setan.” Ya, duo Josh Trank dan Max Landis tidak membuat sebuah film horror, melainkan fiksi ilmiah tentang manusia berkekuatan khusus.
Saya akan mencoba untuk menjabarkan plot Chronicle dalam kalimat yang lebih panjang. Chronicle berkisah mengenai kehidupan siswa SMA, Andrew Detmer (Dane DeHaan), yang jauh dari kata menyenangkan. Ibunya sekarat, ayahnya pemabuk, dan Andrew kerap mendapatkan perlakuan kasar baik di rumah maupun di sekolah. Satu-satunya teman bagi Andrew adalah kamera video yang baru dibelinya, "I bought a camera and I'm filming things." Sepupu sekaligus teman masa kecilnya, Matt (Alex Russell), merasa perlu untuk mengajak Andrew menikmati hidup, terlebih ini adalah tahun terakhir mereka di SMA. Matt membawa Andrew ke sebuah pesta dimana dengan cepat mereka berteman dengan siswa populer, Steve (Michael B. Jordan). Alih-alih menikmati pesta, ‘The Three Musketeers’ ini asyik bermain ke hutan dan menemukan sebuah lubang menganga di tanah. Dasar ABG, rasa penasaran begitu kuat menyelimuti diri mereka sehingga tanpa pikir panjang mereka masuk begitu saja ke dalam lubang tersebut tanpa mengetahui apa yang menanti di dalam.
Jadi, ada apa di dalam lubang misterius tersebut? Tidak begitu jelas, namun benda tersebut berukuran besar, berwarna biru, dan mengeluarkan cahaya yang berkilauan. Entah tidak pernah nonton film fiksi ilmiah, bodoh, atau memang bandel, mereka malah mendekati benda tersebut. Yang terjadi selanjutnya, Anda tentu sudah bisa menebaknya sendiri. Ketiga sahabat ini mendapatkan kekuatan khusus. Bagusnya, Max Landis tidak menjadikan ketiga karakter ini berseru “mari kita selamatkan dunia!” beberapa saat setelah mereka mendapatkan anugerah (atau bencana?). Layaknya remaja cowok kebanyakan, mereka malah asyik memanfaatkan kekuatan baru mereka untuk bermain-main. Mengintip celana dalam perempuan, menerbangkan benda-benda di sekeliling, hingga mencoba untuk terbang. Paruh awal, Chronicle terasa lucu, ringan, dan menyenangkan. Titik kulminasi terjadi tatkala kekuatan khusus ini ternyata tidak memberikan dampak yang positif bagi Andrew. Kehidupannya tidak lantas menjadi lebih baik. Paruh berikutnya, film pun berubah menjadi mencekam.
Josh Trank dan Max Landis mencoba untuk tetap bersikap realistis dengan tidak memberikan karakter antagonis yang haus kekuasaan dan menjadi musuh utama bagi para jagoan kita. Dalam Chronicle, setiap tokoh ditempatkan dalam posisi abu-abu. Kemarahan Andrew dapat kita pahami. Bahkan ketika dia berbalik menjadi tokoh antagonis, simpati kepadanya masih tersemat. Chronicle tidak hanya menjual adegan-adegan seru, duo Trank dan Landis pun memberikan komentar perihal bagaimana kekerasan di dalam rumah tangga dapat mempengaruhi kondisi psikologis seorang anak. Ini menjadikan Chronicle terasa lebih istimewa. Jika ada yang membuat saya merasa tidak nyaman, maka itu adalah gaya found footage yang terkadang suka kebablasan. Sekalipun Andrew menganggap kamera video adalah soulmate-nya dan Casey (Ashley Hinshaw) menganggap setiap detik perlu didokumentasikan, rasanya kok berlebihan ya kemanapun mereka pergi selalu menenteng kamera? Tapi, film bergaya found footage mana sih yang tidak berlebihan? Paling tidak, Josh Trank tidak menggarap Chronicle seenak udelnya. Jalinan kisahnya tersusun rapi, akting para pemainnya natural, dan efek khusus pun diberikan sesuai dengan kebutuhan. Sekalipun bukan yang terbaik dari genrenya, Chronicle menjadi pembuka tahun 2012 yang manis. Trust me, go see it at the cinema!
Exceeds Expectations
Tidak ada komentar:
Posting Komentar