"People dance because dance can change things" - Moose
Sudah siapkah kalian untuk kembali bergoyang dan menghentakkan kaki di bioskop ? Jika ya, maka bersiaplah karena Step Up telah kembali dan kali ini dalam format 3D! Inilah film dance pertama yang pengambilan gambarnya menggunakan kamera 3D secara keseluruhan. Banyak pihak yang meragukan pemakaian 3D dalam film ini, beberapa menyebutnya sebagai alat untuk pendongkrak popularitas belaka. Namun jika mengetahui bahwa Step Up 3D bukanlah hasil konversi dari 2D, hal itu tampaknya tak sepenuhnya benar. Jon Chu, sutradara Step Up 3D yang juga membesut prekuelnya Step Up 2 : The Streets, ingin membuat semua tarian yang ada dalam film ini terasa lebih hidup sehingga penonton pun bisa lebih mendapat 'feel-nya'. Seperti kedua prekuelnya, Step Up 3D tidak memasang bintang populer sebagai pemain utamanya. Hanya saja kali ini sedikit terasa lebih istimewa karena kehadiran beberapa finalis dari So You Think You Can Dance.
Kisah dari Step Up 3D tidak ada hubungannya dengan film sebelumnya. Yang menghubungkan Step Up franchise adalah para karakternya. Rasanya Step Up 2 dan Step Up 3D lebih pantas disebut sebagai spin-off ketimbang sekuel, terutama karena kisahnya yang memfokuskan pada karakter pembantu di film sebelumnya. Step Up 3D memiliki Moose (Adam Sevani) dan Camille Gage (Alyson Stoner) yang masing - masing pernah muncul di The Streets dan Step Up. Moose dikisahkan sudah memasuki bangku kuliah di NYU dan berjanji kepada Camille bahwa dirinya akan meninggalkan hobinya, dance. Tentu bukan perkara yang mudah terutama saat Moose berkenalan dengan pimpinan grup dance Pirates, Luke (Rick Malambri). Luke menjadikan gudang miliknya sebagai 'markas' bagi Pirates yang terdiri dari sekumpulan dancer berbakat yang tidak memiliki tempat tinggal karena berbagai alasan. Dari awalnya hanya iseng berkunjung, pada akhirnya Moose pun direkrut menjadi salah satu anggota Pirates. Masalah keuangan yang mengancam keberadaan Pirates memaksa Luke untuk mendaftarkan timnya dalam kompetisi tari tingkat dunia, World Jam. Untuk menambah kekuatan, belakangan Luke juga merekrut Natalie (Sharnie Vinson), gadis cantik misterius yang menarik perhatian Luke saat di klub. Mereka pun mati - matian berlatih demi bisa memenangkan kompetisi tersebut dan menyingkirkan rival terberat mereka, House of Samurai. Konflik pun mulai bermunculan disini termasuk Moose yang harus berbohong kepada Camille demi mengikuti kata hatinya.
Yang perlu dicatat adalah Step Up 3D jelas bukan film yang dibuat untuk memuaskan para kritikus dan pecinta film dengan ceritanya yang berbobot, sehingga jangan berharap banyak dengan apa yang dituturkan oleh film ini. Lupakan naskahnya yang kelewat ringan dan banyak lubang karena tujuan utama dibuatnya Step Up 3D hanya untuk menjual berbagai atraksi dance. Ya, kisahnya memang tidak menarik dan sangat klise, tapi koreografi tariannya sangat aduhai. Dari ketiga seri Step Up, hanya tarian dari seri ketiga inilah yang bikin saya jatuh hati, begitu indah dan menyenangkan. Non-stop dance movie, mungkin itulah julukan yang paling pas untuk film ini. Selama kurang lebih 100 menit kita diajak untuk terus bergoyang dan menghentakkan kaki. Tidak seperti kedua prekuelnya yang memakai battle dance di penghujung film saja, kali ini hampir sepanjang film dipenuhi oleh battle dance. Jangan lewatkan aksi Pirates saat memamerkan kemampuan tari mereka di atas panggung yang penuh dengan air atau tarian Broadway dari Moose dan Camille yang menyenangkan sekaligus menyegarkan. Yang mencuri perhatian saya dan para penonton adalah anggota Pirates bernama Vladd yang memiliki ciri khas tarian Robot. Eitsss, jangan salah sangka dulu. Tarian robot ini bukan seperti yang biasa kita saksikan, tentunya disini dibuat lebih unik dan menarik. Penasaran seperti apa ?
Keunggulan dari Step Up 3D selain koreografinya yang ciamik, tentu saja penggunaan 3D yang efektif. Dibuat langsung secara 3D berpengaruh pada hasil akhirnya yang terasa nyata dan beberapa kali terasa 'eye-popping'. Sekalipun dipakai di sepanjang film, Jon Chu lebih sering memanfaatkan World Jam untuk lebih mengeksplor 3D karena memang disinilah koreografi - koreografi tarian yang sulit nan menakjubkan kerap muncul. Salut atas kerja keras Hi-Hat dan para pemain yang berhasil memunculkan tarian sebagus ini. Pemilihan soundtrack pun saya rasa sangat tepat karena beberapa lagu sangat mendukung apa yang hadir di layar. Track paling asyik tentu saja "Club Can't Handle Me" dari Flo Rida dan David Guetta, namun yang membekas di hati saya adalah "Bust Your Windows" milik Jazmine Sullivan lantaran momennya yang sangat pas mengiringi Luke dan Natalie saat menari tango. Ah, manis sekali hingga bikin sakit gigi..
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, Step Up 3D memang khusus dibuat sebagai film hiburan sehingga tak heran jika naskahnya agak keteteran dan para pemainnya berakting cenderung datar. Terlalu fokus untuk menciptakan adegan tari yang wah membuat Jon Chu tidak sempat untuk memperhatikan naskahnya yang mengabaikan kedalaman karakter. Untuk teknisnya sendiri tak ada masalah berarti, Step Up 3D memang terbentur dengan masalah naskah. Tapi rasanya hanya segelintir penonton yang ambil pusing dengan naskah karena mayoritas memilih Step Up 3D sebagai tontonan ringan dan menghibur, tak mau peduli bagaimana dengan plotnya. Ya, saya sendiri juga seperti itu. Tak berekspektasi lebih karena sedari awal Step Up 3D memang dibuat khusus sebagai 'popcorn movie'. Nikmati saja filmnya, maka kalian akan terhibur. Bukan film tari terbaik yang pernah dibuat Hollywood, namun Step Up 3D adalah salah satu film paling menghibur tahun ini. Jujur, saya bahkan menontonnya hingga dua kali karena Step Up 3D membuat mood saya membaik. Obviously, a very fun movie.
Nilai = 7/10 (Acceptable)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar